Mengubah “Mindset” dan Menguatkan Mental
DewiYanti Razalie Aku punya resep rahasia yaitu prinsip hidup yang kupegang teguh untuk diriku sendiri. Kalau untuk orang lain ya terserah masing-masing. Yaitu yakin, iman, ikhlas. Yakin, tidak ada sesuatu apapun terjadi di luar kemampuanku. Iman,...
DewiYanti Razalie
Aku punya resep rahasia yaitu prinsip hidup yang kupegang teguh untuk diriku sendiri. Kalau untuk orang lain ya terserah masing-masing. Yaitu yakin, iman, ikhlas. Yakin, tidak ada sesuatu apapun terjadi di luar kemampuanku. Iman, dengan segala ketentuan Tuhan yang tertulis maupun tersirat (berupa petunjuk).
Ikhlas, menerima apapun semua yang diberikan kepadaku dengan sabar dan tawakal. Serta prinsip bahwa aku hanya mau berusaha semampuku, tidak memaksakan diri, agar langkah hidupku lebih ringan, lebih nyaman dan lebih tenang. YAKIN IMAN IKHLAS akan menjauhkan diri dari perasaan rakus serakah tamak dan dari rasa iri sirik dengki terhadap orang2 yang jauh memiliki kelebihan, misalnya lebih kaya atau lebih cantik dan tampan atau lebih sehat atau lebih sukses atau lebih tinggi jabatannya atau lebih pandai, dllnya. YAKIN IMAN IKHLAS tidak hanya berlaku bagi pasien yang sakit tapi juga penting bagi keluarganya. Sebab jika keluarganya juga YAKIN IMAN IKHLAS maka bisa menggugurkan sebagian dosa2 mereka dan itu sudah janji TUHAN serta akan dibalas dengan rejeki yang jauh lebih besar lagi, jika kita yakin, Insya ALLAH, aamiiin.
Aku selalu berkata ke semua orang. Aku tidak minta didoakan sembuh. Tapi doakan saja semoga TUHAN memberikan Yang Terbaik untukku, dimudahkan jalanku, dilancarkan urusanku, diredakan sakitku, diringankan bebanku, dan jika saatnya tiba aku bisa khusnul khotimah.
Mengubah pola pikir (mindset) itu tidak hanya berlaku untuk penyakit kanker tapi untuk semua penyakit bahkan untuk orang yang sehat pun. Dengan yakin iman ikhlas akan menjauhkan kita dari perasaan rakus serakah tamak dan juga rasa iri sirik dengki terhadap orang-orang di sekitar kita yang jauh lebih kayaraya atau jauh lebih sehat dari kita. Membuat manusia tidak lagi berbuat jahat. Itu akan membentuk manusia dengan kualitas berakhlak baik, berucap dan bersikap santun, serta bersandar hidup pada Tuhan, apapun agama yang diyakini.
Iman yang kuat dan mental yang kuat, akan membuat seseorang tidak mudah goyah dan tidak mudah dipengaruhi. Kalau iman sedang menipis dan mental lagi melemah, jauhi hal-hal atau orang-orang yang bisa merusak atau memberikan aura negatif. Jaga jarak. Agar tidak ikut terseret. Karena iman itu kadang-kadang naik, kadang-kadang turun.
KANKER itu bukan untuk dibenci, bukan untuk dilawan, tapi untuk dihadapi dengan penuh perjuangan. Karena kena kanker itu takdir. Dan Tuhan telah menciptakan kanker dengan begitu unik sebagai bukti Kekuasaan-NYA.
Kanker itu tidak mudah untuk dihadapi, tapi juga tidak sulit. Aku menjadikan kanker sama seperti aku terkena batuk pilek. Karena toh memang sudah ada gen kanker yang cukup kuat di dalam tubuhku, apalagi sudah Stadium 4 dan sudah terjadi penyebaran di tulang-tulang dan di berbagai tempat lainnya. Jadi pemicunya yang aku hindari terutama emosi Karena emosi adalah pemicu paling jahat untuk kanker. Dijauhi saja segala hal yang bisa memancing emosi. Jalani hidup dengan riang dan senyuman. Perbanyak silaturahmi dan sedekah. Berusaha berbuat manfaat untuk banyak orang. Jadi kapan pun waktuku habis di dunia ini, aku bisa pergi dengan damai dan tanpa kesakitan. Aku rasa, itulah harapan setiap manusia di muka bumi ini.
Kanker itu tidak bisa sembuh. Pemicunya saja yang dihindari. Makanya aku bisa cuek karena aku memperlakukan kanker itu sama saja seperti batuk pilek. Kalau kita kebanyakan minum es, hujan-hujanan, kecapekan. Kena pilek atau batuk kan ? Nah kanker juga begitu. Emosi itu pemicu paling jahat buat kanker. Kalau sudah ada genetik kanker, sebisa mungkin hindari apa saja yang bisa memancing emosi bahkan bisa bikin syok. Kalau punya penyakit jantung, syok itu juga bisa bikin terkena serangan jantung mendadak terus meninggal kan ? Nah kanker juga begitu. Sama saja. Begitu syok atau emosi tinggi atau tertekan, yang tadinya cuma tumor jinak bisa berubah jadi ganas dan jadi kanker. Atau kanker yang tadinya baru stadium 1, bisa berubah jadi stadium 4. Tapi kalau di dalam tubuhnya memang tidak ada genetik kanker, yang muncul nanti penyakit lain. Seperti maag, Lupus, atau yang lainnya.
Banyak pelajaran kudapatkan sehubungan dengan penyakit kanker. Salah satunya hikmah yang kubaca, kenapa Tuhan masih memberiku kekuatan sampai detik ini, aku masih bisa hidup normal. Mungkin Tuhan ingin aku melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi sesama umat manusia. Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menghapus sebagian atau bahkan seluruh dosaku jika seandainya aku memiliki dosa dimasa lalu apabila aku ikhlas dalam menjalani penyakitku. Sementara orang-orang yang kukenal satu per satu sudah pergi lebih dulu, berguguran, hampir setiap hari aku mendengar kabar seorang pasien Kanker Stadium 4 meninggal.
Aku hobi menengok orang sakit. Aku yang membutuhkannya. Itu silaturahmi. Tuhan sudah menjanjikan, silaturahmi itu memperpanjang umur dan rejeki. Rejeki itu kan tidak cuma sekedar uang saja, tapi bisa berupa kesembuhan, kesehatan, kebahagiaan, keselamatan, keamanan, kedamaian, kelancaran usaha, anak-anak yang baik, anak-anak dilindungi, dan masih sangat banyak lagi yang lainnya.
Selalu berpikir positif. Jangan menganggap kanker sebagai momok yang menakutkan. Anggap saja kanker sebagai hal biasa seperti batuk pilek. Bukan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Yang sudah terjadi anggap itu masa lalu dan lupakan. Tidak usah diingat-ingat kepedihan yang sudah lewat. Selalu berusaha untuk hidup bahagia dan nyaman dengan kemampuan yang ada. Sebab kalau terus menganggap kanker itu sebagai momok yang menakutkan, nanti setiap membaca atau mendengar kata kanker akan menimbulkan syok minimal perasaan tidak nyaman. Anggap kanker itu penyakit biasa yang tidak menakutkan dan tidak mematikan. Anggap mereka yang meninggal itu semua karena ajal dan bukan karena kanker. Jadi kanker itu bukan lagi menjadi sesuatu yang harus ditakuti. Resep inilah yang membuat aku kuat menjalani hidup bersama Kanker Stadium 4 hingga saat ini.
Buat siapapun yang saat ini sedang terkena Kanker Stadium 4 jenis apapun. Yakinlah dan ikhlaslah. Bahwa Tuhan memang sudah memilih kita untuk pergi lewat Kanker Stadium 4 ini. Dan yakinlah 100% bahwa apabila kita ikhlas menjalani, maka Tuhan sudah menjanjikan akan menggugurkan sebagian atau semua dosa kita semasa hidup di dunia. Percayalah, Tuhan itu Maha Baik dan tidak pernah pilih kasih, Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang. Mudah-mudahan pada saatnya nanti kita akan bisa pergi dengan khusnul khotimah.
Sebagian orang beranggapan aku harus perduli dan perhatian terhadap mereka sesama penderita kanker, menengok mereka, memberikan semangat kepada mereka dan keluarganya, karena aku survivor, supaya mereka juga bisa seperti aku.
Tapi ternyata tidak gampang karena semua manusia itu berbeda. Aku tidak bisa memaksa orang lain untuk mempunyai pemahaman yang sama seperti aku mengenai kanker. Aku tidak bisa mengajak mereka untuk cuek seperti aku begini. Aku tidak bisa mengharuskan mereka untuk merasa yakin iman ikhlas karena semua itu harusnya dilakukan oleh diri sendiri dan bukan untuk dinasehatkan kepada orang lain, percuma aja, tidak akan mempan. Lebih baik cukup aku doakan saja mereka dalam hati tanpa mereka pun harus tau. Aku sekarang ini sedang mulai mencoba untuk lebih cuek saat menerima berita kematian para pasien kanker. Apalagi kalau aku tidak mengenal orangnya. Apalagi kalau rumahnya jauh. Setiap orang memang pasti akan mati kok. Ada yang hari ini. Ada yang besok. Ada yang lusa. Ada juga yang masih bertahun-tahun kemudian. Menjadikan kematian para pasien kanker sebagai suatu hal yang biasa-biasa saja. Cukup membacakan doa dan mengucapkan turut berduka. Tidak perlu pontang panting grabak grubuk sibuk pergi melayat. Begitu juga saat mendengar berita seseorang terkena sakit kanker. Tidak perlu jadi sibuk ingin ikut menengok. Toh yang sakit kanker hampir semuanya memang tidak suka ditengok, apalagi difoto. Mungkin karena merasa lagi jelek ya wajahnya, lagi males dandan, lagi lemah fisiknya.
Ada orang-orang yang tidak suka aku terlalu banyak bicara tentang kanker, khususnya para dokter atau yang jualan obat dan tempat pengobatan. Ada juga para pasien kanker yang merasa tidak rela dan tidak ikhlas melihat aku bisa hidup survive tanpa pernah menjalani kemoterapi dan radiasi. Bahkan ada orang-orang yang merasa aneh melihat aku kok masih hidup dan tidak mati-mati ya. Sampai minta diperlihatkan bukti otentik tertulis bahwa aku memang benar-benar sudah Stadium 4, seolah-olah menuduh aku bohong. Gila juga ya. Siapa sih yang mau menaik-naikkan stadium kanker. Mana ada orang yang mau memperparah keadaannya sendiri. Semakin tinggi stadium kanker itu semakin mendekati kematian. Tidak ada untungnya menaikkan stadium diri sendiri.
Perjuangan menegakkan kebenaran dan bikin mata semua orang melek terbuka memang tidak mudah. Mati itu ajal, takdir. Mati bukan karena kemoterapi atau radiasi atau operasi. Akan tetapi kondisi kita pada saat mati seperti apa, cara kita menjalani kematian, dimana kita mati, itulah yang disebut dengan nasib, pilihan kita sendiri. Makanya Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang kalau manusianya tidak mau berusaha. Kalau kita pilih menjalani kemoterapi atau radiasi padahal sudah jelas-jelas Stadium 4, sama saja artinya kita pilih mati di ICU RS atau dalam kondisi kritis atau lumpuh atau koma. Kalau sudah Stadium 4, itu sudah mendekati kematian, pilih dirawat di rumah saja dengan memperbaiki kualitas hidup dan menikmati sisa hidup dalam kondisi yang jauh lebih nyaman serta membahagiakan, supaya kita bisa mati dengan khusnul khotimah. Dan kanker itu memang tidak bisa sembuh walaupun sudah ribuan kali dikemoterapi dan diradiasi. Kanker tetap akan bisa muncul lagi dan menyerang lagi. Kalau sudah Stadium 4, kemoterapi dan radiasi hanya akan memperburuk keadaan, semakin merusak fisik, jauh lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Itu maksudku. Mereka sendiri yang menjalan. Mereka sendiri kok yang sengsara dan menderita. Cuma biasanya pasien ga menginginkan tapi keluarganya yang ngotot memaksa atau dokter-dokter yang berusaha mempengaruhi. Banyak orang yang masih buta mata dan hatinya, menganggap kemoterapi atau radiasi itu bisa menyembuhkan kanker. Sementara aku sudah 42x membuktikan. Kenyataan yang terjadi 180 derajat berbeda terbalik dari yang dikatakan oleh para dokter itu. Tapi para dokter pasti akan membela diri dengan menyebut itu sebagai resiko medis kan. Dokter selalu mengatakan kepada pasien dan keluarganya bahwa kemoterapi dan radiasi itu untuk memperpanjang umur dan memperbaiki kondisi, tapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, malah memperparah kondisi, ibaratnya para pasien kanker itu sudah mati duluan sebelum ajalnya tiba. Alias kritis atau lumpuh atau koma sesudah menjalani kemoterapi maupun radiasi. Sudah 42x aku saksikan dan aku buktikan. 42 orang itu ketika awal masuk RS, kondisinya masih segar bugar seperti aku. Masih normal. Bisa bicara, bisa berjalan, bisa makan apa saja. Kok sesudah dirawat di RS malah semakin parah ? Kemudian sesudah menjalani kemoterapi atau radiasi justru kondisinya malah menjadi kritis atau lumpuh atau koma ?
Yang paling penting dalam mengubah pola pikir adalah menanamkan pemikiran bahwa dokter itu bukanlah dewa penyelamat atau Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Benar, dokter itu manusia biasa yang tidak sempurna dan bisa salah, ya salah diagnosa ya salah tindakan. Harus selalu diingat, kemoterapi dan radiasi itu jauh lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya sebab tidak hanya menyerang sel kanker di dalam tubuh tapi juga menyerang sel-sel lain yang sehat seperti sel rambut dan sel darah.
Pola makan sehat dan pola hidup sehat serta tidak stres akan percuma saja semuanya jika kita tidak mengubah mindset, cara berpikir, pola pikir. Sebagai contoh, dia vegetarian, tapi dia juga menjalani kemoterapi, percuma saja kan ? Atau dia tidak merokok, tapi dia sering berada di ruangan yang penuh dengan asap rokok, percuma saja kan ? Dia vegetarian setiap hari selama bertahun-tahun, tapi sayuran dan buah-buahan yang dimakan itu mengandung pestisida, percuma saja kan ? Itu cuma sebagian contoh saja.
Paliatif menurut versiku adalah memperbaiki kualitas hidup, mengubah pola pikir alias mindset, self healing, meditasi (bisa dengan berdizkir), dan lain sebagainya. Paliatif itu tidak identik dengan diet atau vegetarian ya, jangan salah kaprah, jangan salah paham.
Cuma kalau untuk jenis penyakit lain kan sudah ada obatnya yang bisa diminum, lebih cepat prosesnya alias instan. Kalau paliatif itu kan butuh proses. Bukan seperti tensi naik terus minum Captophryl 50mg langsung turun drastis tensinya. Manusia lebih senang mencari yang instan, yang cepat saji. Makanya kemoterapi dan radiasi laku, operasi juga laku, karena cepat teratasi. Tapi harus bisa memilah dan memilih. Kalau lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya, buat apa. Aku mau operasi kan karena induk kanker aku ada di leher. Jika tidak dioperasi, bisa saja membuat aku tiba-tiba sampai tidak bisa bernapas dan tidak bisa menelan ludah bahkan tidak bisa bersuara. Kan cukup menyeramkan kondisi seperti itu. Aku tidak mau. Makanya aku operasi, itupun karena dikasih mukjizat kan oleh Tuhan, dibayari orang lain sebesar 41 juta rupiah. Oya, paliatif itu bukan berarti aku membenci dokter alias anti dokter dan tidak makan obat-obat dari dokter. Tergantung kebutuhan. Ada prioritas. Aku tetap minum obat Thyrax, karena kelenjar hormonku sudah dibuang, aku sudah tidak punya tiroid lagi, sudah diooerasi karena induk kanker aku hinggap pada tiroid (kelenjar hormon). Lalu aku juga setiap hari minum CDR Fortos yang dicelupkan ke dalam segelas air, 1x atau 2x sehari, untuk menguatkan tulang-tulangku yang sudah keropos digerogoti oleh sel-sel kanker. Aku juga terkadang minum painkiller atau bahkan suntik painkiller dan juga obat penenang jika sudah sangat kesakitan hingga keluar air mata alias menangis, kalau benar-benar mendesak saja. Jadi paliatif itu bukan anti dokter dan anti obat dokter lho ya, jangan salah paham, jangan salah kaprah. Mau dioperasi, mau dikemoterapi atau diradiasi ratusan kali, tetap saja ada kemungkinan kanker bisa muncul lagi, terkena serangan lagi. Bisa muncul kanker induk yang baru di organ tubuh lain, ataupun penyebaran kanker induk yang lama ke organ tubuh lainnya.
Menanamkan perasaan yakin iman ikhlas walaupun mungkin ga gampang karena misalnya seseorang yang masih perawan masih gadis kok sudah tidak punya rahim karena dibuang karena ada kanker yang bersarang di rahim. Sebab yakin iman ikhlas itu akan menjauhkan kita dari rasa iri dan berprasangka buruk kepada Tuhan. Aku selalu memakai prinsip orang Jawa yang selalu merasa untung, artinya selalu bersyukur. Walaupun tidak punya rahim, sudah beruntung masih hidup, masih bisa bernapas normal, tubuhnya juga tidak cacat. Betapa banyak orang-orang di dunia ini, termasuk teman-temanku, yang napas pun sudah memakai selang, makan minum juga sudah melalui selang, atau hidup cuma dengan satu kaki karena sudah diamputasi padahal ia seorang hafidz (penghafal) Al-Qur’an yang sangat sholeh. Atau ada juga yang sudah tidak bisa bersuara, dibolongi lehernya dilubangi selama 7 tahun memakai selang untuk bernapas serta untuk makan dan minum. Semuanya itu mereka juga para penderita kanker. Yakin iman ikhlas itupun menjauhkan dari rasa iri sirik dengki kepada orang-orang yang jauh lebih sehat kondisinya.
Namun jika Tuhan sudah menutup dan membutakan mata hati seseorang, tidak akan ada yang bisa membukanya kecuali hidayah Tuhan. Aku memang memang watak mudah luluh. Jikalau aku melihat ada orang di depan mataku mau jatuh ke jurang, pasti aku akan ngotot memegang tangannya jangan sampai jatuh ke jurang. Selama ini 42 orang itu sudah kucoba kuikhlaskan. Tapi ternyata perkiraanku yang selalu benar. Aku kasihan dengan para pasien yang sakit Kanker Stadium 4 itu. Bukan terhadap keluarganya. Kita-kita ini sudah kesakitan kena penyakit mematikan bahkan kadang sampai menangis saking sakitnya.
Kalau masih harus ditambah disiksa dengan segala macam tindakan di RS oleh para dokter karena ambisi dokter dan keluarganya, Kasihan kan. 42 orang lho yang aku tahu, bukan cuma 1 atau 2 orang saja. Mereka masuk RS awalnya masih segar bugar dan kuat seperti aku. Sesudah di RS, sesudah kemoterapi atau radiasi atau operasi, kok malah bertambah parah. Bahkan kritis atau lumpuh atau koma. Lalu meninggal juga pada akhirnya. Kan kasihan. Kalau pun mereka harus mati, kenapa disiksa dulu. Apakah bukan tidak mungkin, itu justru malah jadi seperti ajang bunuh diri ? Mungkin kalau tidak begitu, mereka masih bisa hidup dengan normal. Walaupun memang atas ijin Tuhan, maka mereka bisa wafat. Bunuh diri pun kalau memang atas ijin Tuhan ya pasti mati. Dan kalau TUHAN tidak mengijinkan, biasanya masih bisa diselamatkan.
Tidak ada satu manusia pun yang tahu persis definisi takdir, termasuk para ulama sekalipun, termasuk Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Semuanya tahunya cuma bahwa takdir itu adalah ketentuan TUHAN. Tapi definisi persisnya dan bagaimana prosesnya, itulah yang disebut Rahasia Ilahi.
Via telepon ulama Quraisy Shihab ahli tafsir mengatakan kepadaku bahwa di dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menyebutkan : “Semua penyakit ada obatnya” atau “Tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan”. Itu hadist, tapi bukan di dalam Al-Qur’an.
Jadi bagaimana kalau ternyata Tuhan memang menciptakan kanker itu tidak untuk disembuhkan ? Tidak bisa sembuh ? Sama saja seperti batuk pilek, pemicunya saja yang wajib dihindari agar tidak kambuh lagi.
Kalau aku lagi tidur, jangan dibangunkan, jangan diganggu, jangan diusik. Biarkan saja aku tidur pulas. Jangan menganggap aku malas, manja atau cengeng. Apalagi jika aku dopping obat misalnya painkiller atau obat alergi CTM atau obat flu batuk yang memang mengandung obat tidur. Sejak kecil aku insomnia, susah tidur. Jadi ketika aku bisa tidur pulas, itu nikmat yang aku syukuri. Aku butuh makan yang banyak dan tidur yang cukup untuk menghadapi penyakit Kanker Stadium 4. Ini yang membuatku bisa tetap kuat bertahan.









