Mencaci PLN karena Listrik Mati Seperti Bicara sama Tembok
TERASLAMPUNG.COM — Meskipun sudah tiga hari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Lampung melakukan pemadaman listrik bergulir, sampai Senin (21/12/2015) belum ada penjelasan dari manajemen ke publik tentang dilakukannya penyebab pemadaman...

TERASLAMPUNG.COM — Meskipun sudah tiga hari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Lampung melakukan pemadaman listrik bergulir, sampai Senin (21/12/2015) belum ada penjelasan dari manajemen ke publik tentang dilakukannya penyebab pemadaman bergilir.
Biasanya, manajemen PLN Lampung cepat mengumpulkan para wartawan media lokal di rumah makan untuk menggelar konferensi pers. Biasanya, konferensi pers berisi pemaparan penyebab gangguan listrik dan permintaan maaf. Media lokal yang ligat kemudian akan melobi PLN memasang iklan di korannya. Lalu berita muncul di media massa: “PLN Minta Maaf…”
Jawaban penyebab pemadaan listrik di Lampung justru diberikan petugas jaringan pusat PLN, Senin siang (21/12/2015). Katanya,”Berdasarkan laporan yang kami dapatkan dari Lampung, pemadaman listrik disebabkan karena adanya kerusakan gardu induk di Bukit Kemuning, Lampung Utara. Selain itu, ada perbaikan di PLTU Tarahan dan kerusakan di 9 penyulang listrik. Antara lain di Kotabumi, Metro, dan Bandarlampung.”
Kalau bukan disebut tidak bertanggung jawab, pengabaian hak konsumen untuk tahu penyebab listrik padam dan kapan listrik akan nyala normal adalah sebuah cara menghindar paling jitu. Ini sangat aneh. Sebab, PLN adalah perusahaan BUMN yang diberi hak memonopoli usaha di bidang kelistrikan. Keluhan soal listrik, mau tak mau tetuju kepada PLN karena dialah satu-satunya pemasok (penjual) arus listrik. Sebagai BUMN yang diberi hak monopoli, seharusnya PLN profesional. Setidaknya memberikan hak-hak yang selayaknya kepada para konsumen
Keluhan panjang tentang byar-petnya aliran listrik di Lampung, kalau dirangkaikan akan lebih panjang sepanjang buku cerita silat Api di Bukit Menoreh atau Wiro Sableng. Itu hanya keluhan dan caci maki di media sosial Facebook.
Sastrawan Isbedy Stiawan ZS, misalnya, termasuk pelanggan yang sangat terganggu dengan matinya listrik. Maklum, ia seorang sastrawan yang harus bekerja dengan alat elekronik untuk mengetik tulisan. Para wartawan yang medianya tidak memiliki mesin genset berdaya daya besar juga mengeluh.Para pegawai, pengusaha, dan ibu rumah tangga juga mengeluhkan buruknya pelayanan PLN Lampung.
Rata-rata keluhan itu disebabkan PLN selalu ingar janji. Bulan lalu, misalnya, manajer PLN Lampung berjanji pemadaan listrik akan berkurang frekuensinya pada bulan Desember. Pada Desember, katanya, pemadaman akan dilakukan seminggu sekali dengan durasi per wilayah pemadaman selama 1-2 jam.
Nyatanya, memasuki minggu ketiga Desenmber ini pemadaman dilakukan 2-3 kali sehari. Durasinya bahkan ada yang 5 hingga 8 jam!
Karena ingkar janji, wajar kalau konsumen PLN melampiaskan kekesalannya lewat media sosial.
Nasir Muhammad, pemilik akun Facebook, misalnya, menulis: “Alasan PLN mati lampu. Waktu musim kemarau alasannya devisit air kurang. Sekarang musim ujan alasan mesin kerendem air..
bulan depan mesinnya kanyut….”
Status yang ditulis Nasir sudah bisa mewakili ribuan pelanggan lain. Namun, Nasir masih terlalu sopan membuat status. Penyair Isbedy lebih tajam lagi.
Tulis Isbedy: “Kukira terbangun listrik sdh hidup, tak tahunya mash #tukkuyuk PLN… 4 jam lebih woy PLN”.
“PLN itu benar2 lawang dan ta’un, sdh 8 jam mati semalam (baru hidup pkl 6 pagi) eh sekarang mati lagi…” tulis Isbedy.
Wuih direktur PLN mesem2 sambil bilang: “rasain lu gak bisa nulis status maki2 PLN, hape lu sdh habis baterenya. Rasain rasain!””Saya pun balik memaki sebelum hapeku koit: “#tukkuyukkauPLN.”
Jutaan warga Lampung mencaci maki PLN, semuanya akan senyap. Aliran listrik tetap saja dimatikan dengan alasan ada kerusakan, ada pemeliharaan, perbaikan jaringan. defisit daya, dan sebagainya.
Kritik dan cacian untuk PLN hanya akan membentur tembok.
TL/Dewira