Masuk Musim Panen, Harga Tembakau di Purworejo Anjlok

Petani tembakau di Desa Kemanukan, Bagelen, Purworejo, di kebun tembakaunya. (Foto: suaramerdeka.com) PURWOREJO, Teraslampung.com–Bersamaan dengan dimulainya panen, harga tembakau jenis Piton di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, anjlok...

Masuk Musim Panen, Harga Tembakau di Purworejo Anjlok
Petani tembakau di Desa Kemanukan, Bagelen, Purworejo, di kebun tembakaunya. (Foto: suaramerdeka.com)

PURWOREJO, Teraslampung.com–Bersamaan dengan dimulainya panen, harga tembakau jenis Piton di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, anjlok. Para petani tembakau di  wilayah Kecamatan Bagelen, terutama di Desa Kemanukan, mengeluhkan harga tembakau terus turun hampir tiap hari.

“Posisi harganya, sekarang kalah dibandingkan tembakau lokal yang sekarang naik drastis.  Saat ini harga tembakau Piton hanya Rp 27 ribu/kg, ”kata Abdul Qodir, Ketua Kelompok Tani Sridadi Desa Kemanukan, Senin (13/10), seperti diberitakan suaramederdeka.com.

Menurut Abdul Qodir, harga tembakau Piton anjlok karena pasokan tembakau ke gudang pabrikan melimpah. “Tiga tahun lalu Kelompok Tani Sridadi  mulai membudidayakan tembakau Piton karena melihat prospeknya yang cukup bagus,” kata dia.

Selain itu, dibandingkan dengan tembakau jenis lainnya, tembakau Piton jauh lebih tahan penyakit dan tahan air. Di awal-awal membudidayakan tembakau piton, petani yang berjumlah sekitar 30 orang mendapatkan hasil yang memuaskan.

Selain tanaman tumbuh dengan bagus, harga jualnya juga memberikan keuntungan yang besar. Wakil Ketua Kelompok Tani Sridadi Suyatno mengatakan, bahwa pihaknya menjalin kerja sama dengan PT Sadana Klaten yang merupakan mitra dari PT HM Sampoerna.

“Kami diberikan benih tapi perjanjiannya menjual hasil ke Sadana. Musim panen ini harganya jatuh, pabrik hanya mampu membeli dengan harga di bawah Rp 30.000 per kilogram,” katanya.

Suyatno menyebutkan, bahwa dalam penjualan tembakau Piton, petani memang tidak bisa menentukan harga. Pasalnya, petani terikat dengan perjanjian awal sehingga harga ditentukan oleh pihak pabrikan.

“Kalau jual sekarang hanya membuat petani bok atau tidak untung ya tidak rugi. Bisa untung kalau harganya bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram,” katanya.

Petani lainnya, Warso Utomo menyebutkan, pada musim tanam ini luasa tembakau Piton di Desa Kemanukan mencapai 6 hektare dengan populasi tanaman sebanyak 90 ribu batang. Panen tembakau piton sudah dimulai sejak sebulan lalu.

“Informasi yang kami dengar akhir bulan ini pabrikan di Klaten tutup. Padahal petani belum memanen semuanya. Kalau sampai tutup ya petani pasti lebih kebingungan untuk bisa menjual tembakau hasil panenannya,” katanya.

Ditambahkan Warso, pada musim ini satu-satunya kendala yang dihadapi petani adalah pada penjualan hasil panenan yang
tidak terlalu menguntungkan. “Kalau pertumbuhan tanaman sangat bagus. Hama juga tidak ada yang menyerang. Tapi ya itu harga jualnya yang jatuh,” katanya.