Hitam Putih Kegembiraan Dana E. Rachmat

Apa yang terjadi jika setumpuk harta karun disodorkan pada tangan seseorang? Dia akan berusaha meraup apa saja yang berharga dan indah yang ada di sana. Dia tak akan memalingkan wajahnya dan selalu berusaha menyentuhnya. Sekitar tiga tahun yang la...

Hitam Putih Kegembiraan Dana E. Rachmat
Apa
yang terjadi jika setumpuk harta karun disodorkan pada tangan seseorang? Dia
akan berusaha meraup apa saja yang berharga dan indah yang ada di sana. Dia tak
akan memalingkan wajahnya dan selalu berusaha menyentuhnya. Sekitar tiga tahun
yang lalu, harta karun yang disodorkan ke pangkuanku mewujud sebagai tumpukan ratusan
kertas bergambar dengan hitam, putih dan perpaduan keduanya, karya sahabat saya
Dana E. Rachmat, pelukis Lampung. Saya telah mengambil sebagian dari antaranya
untuk buku-buku yang saya kerjakan, dan masih terus menyentuh lembaran-lembaran
yang lain yang rupanya selalu bertambah setiap saya bertandang ke rumah gunung,
rumah kediamannya.
Di
tengah pikiran-pikiran tentang buku yang bisa mendokumentasikan sketsa-sketsa
itu, Dana E. Rachmat mengundang saya untuk datang ke Piabung, Rabu 6 Januari
2016. “Sis, kali ini kau akan merasakan taste
yang berbeda untuk Lampung dan karya. Datanglah.”
Sebenarnya
agak berat memenuhi undangan itu mengingat beberapa pekerjaan harus
diselesaikan di awal tahun ini tapi saya berangkat. Yang dimaksud dengan datang
ke Piabung itu ternyata adalah datang melihat sebuah galeri mini, yang terletak
dalam kompleks Marines Eco Park yang menurut rencana akan diresmikan oleh KSAL pada
Minggu, 10 Januari 2016 nanti.
Sebuah
monumen marinir dan nelayan karya seniman Lampung dan taman hiburan rakyat
yang digagas oleh Danbrigif 3 Marinir Piabung Kolonel (Mar) Werijon sudah
banyak muncul di media lokal maupun nasional. Tapi saya tidak menyangka ada
galeri mini yang ditempatkan di sana dan sudah berisi beberapa karya seniman
Lampung. Saya menikmatinya sambil menyeruput kopi berkualitas dari Jon Jaeger Cafe
yang ada di sebelah galeri, plus pemandangan indah pantai Lembing. 
“Kok bisa
hal seperti ini terjadi di pantai milik militer?” Batinku bertanya.

Dari
galeri inilah perjalanan pameran tunggal karya Dana E. Rachmat tahun 2016 akan
dimulai. Bersamaan dengan peresmian Marines Eco Park, roadshow pertama untuk lukisan dan sketsanya juga dimulai untuk
diteruskan ke roadshow selanjutnya di tempat-tempat lain di Lampung. 
Selain
beberapa lukisan, puluhan sketsa hitam putih yang akan masuk dalam buku sketsa
Dana E. Rachmat dipajang di sana. Setiap roadshow
akan disertai dengan beberapa kegiatan yang terkait dengan seni melibatkan
seniman-seniman Lampung.
Dana
E. Rahmat tidak mau berkomentar banyak, membiarkan saya menikmati suasana itu
dan menyimpannya dalam hati. Saya ingat sebuah tulisan pendek yang saya temukan
di antara lembaran-lembaran sketsa Dana E. Rachmat ditulis pada medio Oktober
2005 :
Sebut sedikit saja kata itu
Ceriamu akan mengejar keniscayaan
Bukankah gelombang imaji itu lebih
bebas?
Jadi
saya berusaha memahami diam yang ditampilkan oleh pelukis ini walau tak juga
menangkap keseluruhan pengertian. Jejak yang sudah tercetak tak mungkin
terhapus begitu saja. Sebagian di antaranya akan abadi, dan salah satu kata
kunci dalam tulisan itu bisa dipakai sebagai indikasi. Ceria. Apa sih yang
tidak terjadi jika kita meyakini sesuatu dalam kegembiraan?
“Sis,
alam itu baik. Memberi kita banyak sekali kegembiraan.” Begitu SMS-nya ketika
saya mengirim pesan berterimakasih atas undangannya ke Piabung. Ya. Saya
setuju. *** 
Yuli Nugrahani, cerpenis