Hanafi Pulung: Jangan Nilai Orang dari Penampilannya
Hanafi Pulung (Teraslampung.com/Ariftama) BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Orang yang belum mengenal Hanafi Pulung mungkin tidak akan mengira ia adalah wakil rakyat. Maklum, penampilan jauh dari rapi untuk ukurang anggota Dewan....
| Hanafi Pulung (Teraslampung.com/Ariftama) |
BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Orang yang belum mengenal Hanafi Pulung mungkin tidak akan mengira ia adalah wakil rakyat. Maklum, penampilan jauh dari rapi untuk ukurang anggota Dewan. Kancing baju bagian atas selalu saja ada yang dia biarkan tanpa dikancing.
Penampilan seperti itu tetap ia pertahankan meski dua kali dirinya dipercaya menjadi wakil rakyat Kota Bandarlampung. Ia tidak memoles dirinya agar lebih necis dan tampak berwibawa. Bagi anggota Dewan dari PDIP, yang penting isi, bukan pembukungkusnya.
Sehari-hari penampilan Hanafi memang tampak lebih ‘nglomprot’ dibanding rekan-rekannya. Ia hampir selalu membiarkan 2-3 kancing bajunya tidak dikancingkan. Hanafi mengaku, ia bisa menjadi anggota Dewan selama dua periode bukan karena penampilannya yang necis, tetapi karena kinerjanya.
“Penampilan saya sehari-hari memang seperti ini, supaya masyarakat tidak segan ketika menyampaikan aspirasi mereka melalui saya,” ujarKetua Fraksi PDIP DPRD Kota Bandarlampung, kepada Teraslampung.com. Sabtu (28/2/2015).
Menurut Hanafi, penampilan tidak menjamin apakah seseorang tersebut bisa menyampaikan aspirasi rakyat atau tidak. “Menjadi anggota Dewan itu yang penting kinerjanya. Tidak perlu sombong dan tiap hari tampil necis dengan baju safari. Kami ini hanya kuli rakyat,” katanya.
Hanafi mengaku sebelumnya tidak ada yang mengira diirinya bisa menjadi anggota dewan selama dua periode. Pada periode pertama, Hanafi mewakili daerah pemilihan (dapil) Telukbetung. Sedangkan periode kedua di dapil Rajabasa.
“Di dapil Rajabasa saya mendapatkan sekitar 2000 suara. Itu karena masyarakat di sana menilai saya dari kinerjanya bukan dari penampilannya,” kata dia.
Dalam bekerja sebagai anggota, Hanafi berprinsip: melihat, mendengar, menerima. “Nah, kalau ada masukan dari masyarakat, saya harus menilai layak tidak ditindaklanjuti. Jika layak maka akan ditindaklanjuti,” katanya.
Hanafi mengaku menjadi wakil rakyat pada dasarnya adalah sebagai kuli rakyat. Makanya, kata Hanafi, wajar kalau wakil rakyat harus merakyat. “Namanya kuli rakyat, digaji dari rakyat. Wajar jika rakyat menunjuk hidung dewan yang sombong, karena mereka digaji dari rakyat,” imbuhnya.
Ariftama



