Usai Maracana Jerman mulai Merana

Mulai meredupnya False nine andalan Jerman Mario Gotze  oleh Alexander GB Joachim Low, Arsitek Timnas Jerman boleh bangga bahwa skema penyerang palsunyalah yang telah mengantar  Der Panzer kembali meneguk manisnya sebagai kampium p...

Usai Maracana Jerman mulai Merana
Mulai meredupnya False nine andalan Jerman Mario Gotze 

oleh Alexander GB

Joachim Low, Arsitek Timnas Jerman boleh bangga bahwa skema penyerang palsunyalah yang telah mengantar  Der Panzer kembali meneguk manisnya sebagai kampium piala dunia. Mereka menaklukan Argentina dengan sekor tipis (1:0) pada  final Piala Dunia di Brasil 2014 (13/7). Hasil yang serta merta menempatkan Die Mannschaft sebagai negara sepakbola terhebat di muka bumi, setelah melakukannya 24 tahun silam.

Euforia Maracana masih bergema di hati masyarakat Jerman. Ya, Lahm dkk akhirnya kembali meraih trofi juara dunia untuk kali keempat di Brasil 2014.   Setelah sebelumnya mereka juga sukses merengkuh tropi Piala Eropa pada tahun 1996 di Inggris. Tetapi momen manis itu kini mulai memudar, berlalu dan nyaris kehilangan jejaknya  Euforia mereka perlahan berubah menjadi mendung hitam dan siap memuntahkan hujan kesedihan, di babak penyisihan Piala Eropa..

Bagaimana tidak tiga partai seusai PD 2014, anak buah Joachim Low hanya memetik satu kemenangan dan dua laga lainnya berakhir dengan hasil negatif. Pada pertandingan terbaru akhir pekan lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarah Jerman mesti mengakui keunggulan Polandia 2-0 dalam lanjutan fase kualifikasi Euro 2016. Sebelumnya, Jerman harus bersusah-payah untuk mengalahkan Skotlandia, juga di Pra-Piala Eropa, dan digebuk Argentina 4-2 pada laga eksebisi di rumah sendiri.

Banyak faktor yang dikemukakan media lokal Jerman atas keterpurukan Timnasnya. Sebut saja masalah cedera, atau proses transisi menyusul keputusan pensiun pilar-pilar senior usai menjadi juara dunia, seperti kapten Philipp Lahm dan striker veteran Miroslav Klose. Sehingga tim nasional yang pernah tampil begitu digdaya di Brasil, khususnya kala melumat Selecao 7-1, kini seperti tim medioker lainnya?

Selain itu, pilihan taktik dari Low juga tak dapat dikesampingkan. Seperti Pep Guardiola, pelatih necis satu ini terlihat anti pada striker murni. Klose adalah penyerang tunggal yang dibawa Low ke skuat Piala Dunia. Kendati keputusannya saat itu terbukti jitu, dengan Klose sukses memecahkan rekor topskor sepanjang masa turnamen, preferensi Low adalah memasang seorang false nine alias striker palsu untuk memimpin sektor penyerangan.

Memang, sesudah Piala Dunia. Low kembali memanggil penyerang tulen dalam starting line-up, yaitu ketika Jerman menjamu Argentina di Dusseldorf, awal bulan kemarin. Pada saat itu Mario Gomez yang kembali beraksi di pentas internasional sesudah pulih dari cedera berkepanjangan bermain mengecewakan dan disambut cemoohan publik sendiri ketika meninggalkan lapangan untuk digantikan Mario Gotze.

Performa melempem Gomez dalam laga ujicoba itu (mungkin) membuat Low kapok memakai striker murni. Ia kembali ke sistem false nine  untuk dua pertandingan kualifikasi Euro, namun hasilnya tak bisa digolongkan memuaskan. Mengalahkan Skotlandia 2-1, kedua gol justru diborong Thomas Muller yang diplot sebagai winger kanan alih-alih Gotze sang penyerang palsu. Kontra Polandia, seluruh pemain Jerman mandul total meski melepas total 29 tembakan berbanding hanya lima milik sang lawan.

“Kami menciptakan banyak kans tapi tak berhasil mencetak satu gol pun. Kami takluk tapi ini bukan kekalahan dramatis. Kehidupan tak akan lebih sulit setelah kekalahan ini. Kekalahan ini tak akan menempatkan kami dalam masalah di babak kualifikasi, kami telah dikalahkan tapi masih memiliki kans bagus untuk lolos ke putaran final. Kami memiliki beberapa pemain muda baru dalam tim dan mereka harus mengumpulkan pengalaman. Malam ini semua bekerja dengan baik kecuali kami tidak mengonversi kans kami, dari sekitar 20 percobaan kami gagal mencetak gol,” ujar Low usai menghadapi Polandia.

Low benar bahwa kekalahan dari Polska tak perlu membuat Jerman khawatir menyikapi peluang kelolosan ke Prancis 2016. Dengan kuota tim yang bertambah menjadi 24 dengan masing-masing dua negara lolos langsung dari grup kualifikasi, Der Panzer hampir dapat dipastikan akan tetap menyabet tiket putaran final.

Namun ia tentunya tak boleh tinggal diam menyikapi lemahnya efektivitas Jerman dalam memanfaatkan kesempatan di depan gawang. Sesuatu harus dilakukan, dan meninggalkan skema false nine untuk menghadirkan striker murni dalam line-up harus masuk pertimbangannya. Terlebih lagi Jerman sejatinya tidak kekurangan stok striker hebat.

Penyerang palsu, peran yang biasanya diberikan kepada gelandang serang dengan skill olah bola mumpuni, dapat membantu Jerman lebih mendominasi possession, tetapi apa gunanya kalau kontrol permainan yang begitu tinggi itu tak mampu menghasilkan gol? Tapi, barangkali Low ingin meniru Spanyol, yang menjadi kampium Eropa dua tahun silam dengan strategi serupa. (GB/Goal)