Sepak Pojok: Radikal
Rusdi Mathari “Ditemukan Buku TK Mengandung Kalimat Radikalisme,” “GP Ansor Temukan Buku TK yang Memuat Ajaran Radikalisme,” “Kemendikbud Tarik Buku TK yang Ajarkan Radikalisme di Depok.” Itulah sebagian judul berita media yang mengabarkan tentang...
Rusdi Mathari
“Ditemukan Buku TK Mengandung Kalimat Radikalisme,” “GP Ansor Temukan Buku TK yang Memuat Ajaran Radikalisme,” “Kemendikbud Tarik Buku TK yang Ajarkan Radikalisme di Depok.” Itulah sebagian judul berita media yang mengabarkan tentang buku pelajaran [ditulis oleh Nurani Musta’im dan diterbitkan oleh Pustaka Amanah, Solo] yang beredar di sejumlah TK di Depok Jawa Barat, pekan lalu. Judul-judul berita [dan isinya] itu menarik dicermati karena penggunaan kata “radikalisme” rancu.
Kata dasar “radikalisme” adalah “radikal” tapi apa sebetulnya radikal dan radikalisme?
Kamus Besar Bahasa Indonesia membagi dua kata “radikal.” Pertama, “radikal” diterangkan sebagai kata benda, politik, dan kata kerja. Dalam bentuk kata benda, arti “radikal” adalah secara mendasar [sampai kepada hal yang prinsip]. Contoh penggunaannya dalam kalimat adalah “Perubahan yang radikal.” Untuk politik, “radikal” adalah amat keras menuntut perubahan [undang-undang, pemerintahan]; maju dalam berpikir atau bertindak. Dan untuk kata kerja, “radikal” menjadi “meradikalkan” yang penjelasannya adalah menjadikan radikal.
Kedua, “radikal” sebagai kata benda dalam kimia. Penjelasannya adalah gugus atom yang dapat masuk ke dalam berbagai reaksi sebagai satu satuan, yang bereaksi seakan-akan satu unsur saja. Misalnya CH3-[metil], C2H5-[etil], dan SO4 [sulfat]. Apabila digabung dan diakhiri dengan kata “asam” maka “radikal” adalah gugus atom dalam molekul asam yang dapat mengambil bagian dalam reaksi sebagai satuan tapi isinya tidak berubah selama reaksi. Begitu pula jika digabung dengan kata “organik” sehingga menjadi “radikal organik,” penjelasannya adalah gugus atom takjenuh yang memberikan sifat khusus pada senyawa yang mengandungnya atau yang tetap tidak berubah pada deret reaksi.
Dari penjelasan KBBI itu maka kata “radikal” seharusnya berkonotasi baik dan memang baik. Bila digunakan dalam kalimat “Beragama secara radikal” misalnya, itu artinya beragama secara mendasar sebab tidak mungkin orang beragama kalau tidak yakin secara mendasar. Orang Islam wajib secara mendasar meyakini bahwa “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.” Itulah syahadat. Orang Katolik wajib percaya secara mendasar pada Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Itulah pokok-pokok iman Katolik. Pejuang kemerdekaan harus amat keras menuntut perubahan karena tidak sudi dijajah dan dipecundangi. Seorang revolusioner niscaya maju dalam berpikir dan bertindak kecuali gagasannya tak ingin diikuti dan diwujudkan.
Adapun “radikalisme,” ia adalah kata benda dan KBBI menerangkannya menjadi tiga bagian. Pertama, paham atau aliran yang radikal dalam politik. Kedua, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Ketiga, sikap ekstrem dalam aliran politik.
Dengan penjelasan itu, maka pertanyaannya adalah, apakah penulis buku [andai benar menulis dengan isi buku seperti yang dituduhkan] mengharapkan perubahan politik dengan cara kekerasan atau drastis lewat anak TK? Dan kalau benar seperti itu, lalu apa yang diharapkan dari anak TK untuk mengubah keadaan politik dengan cara kekerasan itu?
Pembaca mungkin akan berusaha mengerti terhadap maksud judul-judul berita radikalisme itu dengan antara lain menafsirkannya. Bahwa yang dimaksud radikalisme oleh judul-judul berita itu adalah perihal kekerasan, kebencian atau yang sejenisnya. Tapi andai benar tafsir itu, apakah isi buku yang dipersoalkan benar mengajarkan kebencian dan kekerasan? Dan kalau benar mengajarkan kebencian dan kekerasan, mengapa baru “ditemukan” sekarang sementara buku itu dicetak sejak tahun 2013?
Maka baik untuk kata benda, politik maupun kata kerja, “radikal” dalam “radikalisme” yang ditulis dalam judul-judul berita itu seharusnya adalah absurd sebab tak sesuai dengan penjelasan kata “radikal” dalam KBBI. Apabila maksudnya adalah bukan “radikal” melainkan “radikalisme,” pengertiannya juga tidak tepat dan mestinya pula mustahil.
Lagi pula, mengapa anak-anak TK perlu diajarkan membaca dan juga berhitung? Tidakkah dunia mereka adalah bermain, bernyanyi dan bersosialisasi?
Atau Anda termasuk radikal untuk memberikan batasan yang tepat pada kata “radikalisme”?



