Obituari Orang Biasa: Pak Acin Telah Tiada, Tanah Ombak Berduka
Yusrizal KW Kami mengenalnya sebagai Acin—Pak Acin. Dia tak bisa tulis baca. Pak Acin, warga setempat, orang yang paling semangat, peduli, dan bangga atas kehadiran Ruang Baca dan Kreatifitas (RBK) Tanah Ombak. Jika kelas membaca dan menulis seger...
Kami mengenalnya sebagai Acin—Pak Acin. Dia tak bisa tulis baca. Pak Acin, warga setempat, orang yang paling semangat, peduli, dan bangga atas kehadiran Ruang Baca dan Kreatifitas (RBK) Tanah Ombak. Jika kelas membaca dan menulis segera dimulai, anak-anak masih lengang, Pak Acin sering mencari anak-anak, sampai ke pantai, ke gang-gang, kemudian mengajaknya ke Tanah Ombak.
“Ayo ke tanah Ombak, belajar…. Om Yusrizal KW sudah datang, Pak Henry Pong menunggu,” begitu teriaknya. Ketika ada tamu, ia sering ikut nimbrung, menyalami, bahkan diam-diam mengirim kopi, dan ternyata telah dibayarnya. Ia pun ikut menjadi pengasuh Tanah Ombak.
Hari ini, 17 Januari, Pak Acin betul-betul membuat risau hati kami. Selepas salat Zuhur tadi, kami, pengasuh dan anak-anak Tanah Ombak, bersama-sama mengantarkannya ke pemakaman umum, Tunggul Hitam, Padang dalam dukacita. Allah SWT, menjemput Pak Acin, Sabtu, kemarin, pukul 15.00 Wib, karena serangan jantung. Ia wafat. Kami kehilangan, orang biasa yang luar biasa, yang tulus dan punya harapan besar terhadap kesuksesan anak-anak Purus masa depan. Kami diam-diam menangis, karena menyadari, betapa besarnya cinta Pak Acin pada Tanah Ombak.
Pak Acin, orang yang bersemangat dengan “Tanah Ombak”. Jika punya uang, ia berniat membelikan kipas angin, agar anak-anak dan tamu-tamu yang datang ke Tanah Ombak tidak kepanasan. Tapi, yang luar biasa dari Pak Acin, ia paling menyemangati anak-anak untuk belajar membaca, menulis dan juara. Mungkin, ia berpikir, cukuplah dirinya saja yang buta huruf, tapi anak-anaknya, anak-anak Purus, harus bisa membaca dan berprestasi. JIka ada yang menjelek-jelekkan Tanah Ombak, berpandangan negatif, terdengar oleh Pak Acin, ia paling dulu menjelaskan, kadang memarahinya.
Mestinya, pagi tadi, kami bersama Pak Acin menyiapkan panggung dongeng Tanah Ombak. Kebetulan, Minggu ini, kami mengundang pendongeng Marwan, untuk memainkan dongeng sembari melukis dengan judul Hantu Telunjuk. Acara batal, karena Tanah Ombak berduka, kami mengantar Pak Acin ke peristirahatan terakhirnya, yang kami yakin, ia pergi dengan doa baik anak-anak Tanah Ombak. Semoga segala pemberian moril dan materilnya, semangat dan rasa bangganya pada RBK Tanah Ombak, menjadi amal ibadah yang memuliakannya di mata Allah SWT.
Selepas pemakaman, kami pulang. Kami merasa Pak Acin masih ada. Sapaannya, candanya, serta motivasi-motivasinya kepada anak-anak yang malas atau dilarang ibunya bergabung, membuat kami merasa betapa pentingnya seorang Pak Acin, orang biasa yang dititipkan Allah begitu sangat sebentarnya bersama kami.
Kami sepakat, akan mengenang Pak Acin, sebagai salah satu tokoh penting Tanah Ombak. Ia simbol perlawanan terhadap kebodohan dari orang biasa, demi generasi Purus masa depan yang hebat. Walau tak diucapkannya, tapi kepergiannya menyiratkan betapa sosok Pak Acin tak tergantikan.
Pak Acin, selamat jalan. Tanah Ombak, akan tetap berdebur, akan tetap hidup, karena semangatmu bukan semangat orang tak bisa tulis baca, melainkan semangat orang yang menyadarkan kami: orang hebat dan baik sepertimu, ada di juga di Purus, di gang yang dulu dikenal sebagai Gang Setan, gang yang sebentar lagi kami ganti dengan nama Gang Baca.
Pak Acin kami kehilanganmu, dan mendoakanmu, semoga kebaikan dan ketulusan hatimu, mengantarkanmu ke sisi kemuliaan, di hadapan-Nya.
Pak Acin, semoga di alam sana, kau tersenyum, walau pada saat ini, kami sedang menyeka air mata, diam-diam.
* Yusrizal KW adalah penyair dan pengelola Rumah Baca Tanah Ombak, tinggal di Padang, Sumatera Barat



