K.H. Sholeh Bajuri: Sistem Pendidikan “Kacau”, Remaja Rentan Disusupi ISIS

 K.H. Sholeh Bajuri (dok nu-lampung.or.id) BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Sistem pendidikan yang “kacau” menyebabkan remaja Indonesia sangat rentan disusupi propagada Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Menurut...

K.H. Sholeh Bajuri: Sistem Pendidikan “Kacau”, Remaja Rentan Disusupi ISIS
K.H. Sholeh Bajuri
 K.H. Sholeh Bajuri (dok nu-lampung.or.id)

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Sistem pendidikan yang “kacau” menyebabkan remaja Indonesia sangat rentan disusupi propagada Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Menurut Ketua PW NU Lampung, K.H.Sholeh Bajuri, sistem pendidikan yang baik memungkinkan kalangan remaja mampu membentengi dirinya untuk terhindardar  paham-paham yang melenceng dari ajaran Islam.

“Namun yang lebih penting dari itu semua adalah harus ditanamkan pendidikan agama yang lebih mendalam kepada generasi muda kita agar mereka tidak mudah terpengaruh. Bila mereka kuat pemahaman akan agama maka mereka akan mampu menangkal berbagai aliran yang akan dapat merusak mentalnya,” kata K.H. Sholeh Bajuri pada acara Dialog Publik yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PWNU Lampung  Sabtu (11/4) petang.

Selain K.H. Sholeh Bajuri,dialog bertema “ISIS dalam Bingkai Negara Hukum” itu juga menghadirkan Kompol Syahrudin Lubis dari Polda Lampung, serta Dr. Rudy Lukman selaku akademikus Universitas Lampung sebagai narasumber.

K.H. Soleh Bajuri  mencontohkan bedanya pendidikan di Indonesia di waktu dulu dengan sistem pendidikan saat ini yang dinilainya sangat jauh berbeda. Menurut mantan anggota DPRD Lampung itu, pada sekitar tahun 1970-an, komposisi ilmu agama dan ilmu umum adalah 75% berbanding 25%.

“Sehingga bisa dipastikan pemhaman agama mereka lebih kuat dari pada sekarang yang komposisi pendidikan agamanya sangat minim sekali.  Sehingga yang terjadi adalah kurangnya pemahaman terhadap agama dan kemudian berimbas pada mudahnya generasi kita disusupi oleh paham-paham yang mengatasnamkan agama seperti ISIS,” tandasnya.

Akademikus Unila, Dr. Rudy Lukman berpendapat ISIS sangat tidak ada gunanya masuk dalam Indonesia karena menurut Indonesia bukan negara agama.

“Di negara kita memiliki bermacam-macam suku bangsa dan juga agama di dalamnya juga berbeda,” katanya.

“Selain itu permasalahan kita sekarang adalah kuramgnya doktrinisasi kebangsaan kepada para pemuda kita sehingga mereka lemah kecintaannya terhadap nilai-nilai kebangsaan. Di samping itu adanya ISIS adalah merupakan efek domino dan hasil dari pada sebuah pemerintahan yang demokratis,” pungkasnya

Sementara menurut  Kompol Syahrudin Lubis, gerakan radikalisme atau gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam namun menebarkan kejahatan dimuka bumi itu adalah merupakan bagian dari permasalahan pemuda.

“Kami berharap pemerintah, Ormas seperti NU dan Muhammadiyah, serta pihak keamanan baik TNI maupun Polri harus bersinergi dalam memberantas gerakan-gerakan seperti ISIS dari Tanah Air kita tercinta ini. Tidak ada tempat bagi ISIS di Indonesia,” katanya.

Menurut Lubis, permasalahan pemuda saat ini adalah kecenderungan mengadopsi nilai-nilai budaya asing. “Pemuda kita seakan merasa hebat bila  menggunakan atau meghidupkan budaya asing, sehingga tidak memiliki kecintaan pada budaya sendiri. Ini adalah sebuah keprihatinan dan hal semacam ini adalah fakta yang terjadi di kalangan remaja kita,” katanya.

Sumber: nu-lampung.or.id