Jenderal Sudirman, Bung Karno, dan Kisah Pipa Taring Ikan Duyung*
Jenderal Sudirman (dua dari kiri). Foto dok Arsip Indonesia Mas Alina Arifin/Teraslampung.comBANDARLAMPUNG — Sekitar setahun sebelum Panglima Besar Jenderal Sudirman wafat, Presiden Soekarno menulis surat untuk tokoh pejuang yang d...
| Jenderal Sudirman (dua dari kiri). Foto dok Arsip Indonesia |
Mas Alina Arifin/Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG — Sekitar setahun sebelum Panglima Besar Jenderal Sudirman wafat, Presiden Soekarno menulis surat untuk tokoh pejuang yang dipanggilnya “Adinda” itu. Surat tersebut ditulis Bung Karno pada 28 Desember 1949, sebelum Bung Karno berangkat dari Yogya ke Jakarta.
Surat itu berisi jawaban Bung Karno atas surat Pak Dirman yang menanyakan tentang saing atau taring ikan duyung. Hingga kini tidak begitu jelas apakah sirip itu ikan duyung akhirnya sempat dijadikan pipa dan dikirim untuk Pak Dirman. Jenderal Sudirman wafa sekitar sebulan setelah Bung Karno berkirim surat yang bercerita tentang taring ikan duyung.
Surat itu menggambarkan kedekatan Pak Dirman dan Bung Karno. Kedekatan itu ditunjukkan dengan sapaan “Adinda” kepada Pak Dirman. Selain itu , surat tersebut juga menggambarkan kesederhanaan Pak Dirman dan rasa hormat Bung Karno kepada tokoh tentara sejati itu.
Jenderal Sudirman wafat pada 29 Januari 1950, setelah lama sakit paru-paru. Dalam kondisi sakit Pak Dirman masih memimpin gerilya dan keluar-masuk hutan, meski harus ditandu.
Berikut ini adalah surat Bung Karno untuk Pak Dirman yang aslinya ditulis dengan huruf latin bersambung:
JM Panglima Besar
Adinda,
Assalamualaikum w.w.
Surat Dinda amat mengharukan Kanda, dan rasanja makin beratlah Kanda meninggalkan Djogja, dimana Dinda masih beristirahat sementara waktu.
Kanda amat terharu oleh permintaan Dinda akan tanda mata itu. Memang benar Kanda tempohari menerima hadiah dari Sultan Kotawaringin, berupa saing ikan dujung. Saing itu belum didjadikan pipa. Memang kalau didjadikan pipa alangkah indahnja ia, lebih indah daripada gading! Sajangnja saing itu telah terburu Kanda pak dalam peti, dan peti itu telah terburu dikirim dengan kereta api ke Djakarta tadi pagi. Tetapi Insja Allah, setiba peti itu di istana Djakarta, maka akan Kanda perintahkan membuat pipa dari saing itu, dan sesudah djadi akan Kanda kirimkan kepada Dinda. Moga2 sadja di Djakarta ada tukang pipa jang tjakap!
Dinda sekian sadjalah dulu. Sekali lagi permaafkan segala kesalahan kami, dan do’akan kami dipimpin oleh Tuhan.
Merdeka!
Soekarno
28/12 pagi-pagi
* Sumber: Panglima Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia karya Letjen Tjokropranolo (Penerbit Surya Persindo, Jakarta: 1992)



