Jauhkanlah Penyedap, Pililah Gula Jawa

Selasa 23 September 2014 lalu saya diundang bicara kesehatan di sebuah komunitas Ambrosius. Yang hadir kebanyakan lansia. Seperti biasa saya membahas bagaimana berinvestasi hidup sehat. Ketika saya membahas buruknya menu orang sekarang karena keleb...

Jauhkanlah Penyedap, Pililah Gula Jawa

Selasa 23 September 2014 lalu saya diundang bicara kesehatan di sebuah komunitas Ambrosius. Yang hadir kebanyakan lansia. Seperti biasa saya membahas bagaimana berinvestasi hidup sehat.
Ketika saya membahas buruknya menu orang sekarang karena kelebihan mengonsumsi penyedap selain pewarna buatan, pengawet, pemanis buatan, juga keliru karena bila memilih gula pasir. Kita maklum gula pasir tidak lebih menyehatkan ketimbang gula jawa.

Seorang ibu bertanya, di Tiongkok orang sejak dulu mengonsumsi penyedap (vetsin) tidak apa-apa. Saya menjawab, penyedap MSG (monosodium glutamic) dalam takaran orang sekarang, menuangkan dengan menggelontor langsung dari kantung plastik (rata-rata tukang bakso melakukan ini), tanpa pembatasan sendok kayu seperti zaman dulu, dikonsumsi untuk waktu lama, itu yang tidak sehat.

Hal lain, kalau bisa memilih gula jawa (brown sugar) kenapa memilih gula pasir. Sebaiknya tukar pemanis dengan madu selain gula jawa.

Soal penyedap berlebihan dikonsumsi untuk waktu lama, berkorelasi dengan kanker otak sudah banyak studi mengungkapnya. Buat apa mengorbankan otak kita untuk risiko seburuk itu, kalau hanya untuk membela lidah kita?

Air tebu tentu sehat. Namun begitu air tebu diubah menjadi kristal gula pasir itu yang kemudian menjadi tidak menyehatkan, karena sudah dimasukkan unsur kimia yang tidak akrab dengan tubuh, selain air tebu kehilangan sebagian zat gizi alaminya.

Salam sehat,

Dr HANDRAWAN NADESUL