Insiden Wartawan Vs Pengawal Pribadi Bupati Lampura Terjadi di Sela Acara HUT LVRI
Feaby/Teraslampung.com Ini adalah foto proses wawancara yang memicu ‘konflik’ antara pengawal pribadi Bupati Lampung Utarta Agung Ilmu Mangkunegara dengan salah seorang wartawan TV, Kamis (28/1/2016). Gambat ini menunjukkan jarak ka...
Feaby/Teraslampung.com
Kotabumi–Peringatan HUT ke-59 LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) yang dihadiri Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara, Kamis (28/1), diwarnai insiden kecil.
Insiden ini terjadi antara wartawan dengan oknum pengawal pribadi (Walpri) Bupati, Ar, saat proses wawancara berlangsung. Insiden yang tak selayaknya terjadi ini bermula dari keberatan Ar dengan sikap Vicko, wartawan media elektronik. yang dinilainya tak beretika saat mewawancarai pimpinannya.
Vicko menuturkan, insiden ini bermula saat ia dan rekan – rekannya mewawancarai Bupati usai kegiatan tersebut. Saat sedang asyik mewawancarai Bupati, Ar tiba – tiba telah muncul di belakangnya. Lalu, tanpa alasan yang jelas, dengan tangannya, Ar berkali – kali menyenggol punggung dan menegurnya.
“Mundurin kameranya. Mundurin – mundurin,” katanya menirukan perkataan Ar.
Namun, lantaran dirinya merasa tak ada yang salah dengan sikapnya, ia tak menggubris perkataan Ar. Diduga lantaran tak suka tegurannya tak digubris, kata Vicko lagi, Walpri itu kembali mendatangi dan menegurnya usai wawancara.
“Mas, kameranya terlalu dekat. Enggak ada etika,” tegur Ar kepada Vicko.
Terkejut dengan perkataan tersebut yang tak pernah diduga sebelumnya, Vicko pun lantas meminta Ar menjelaskan maksud perkataannya. Vicko juga mengatakan apa yang dilakukannya telah sesuai dengan etika yang ada dan tak mengganggu kenyamanan Bupati.
Merasa terpojok, Ar akhirnya sempat meminta maaf kepada yang bersangkutan dan kemudian berlalu.
“Dekat gimana (kameranya)? Kamu yang enggak ada etika. Saya lagi wawancara malah kamu ganggu,” tegas Vick.
Edi, wartawan media online membenarkan bahwa Ar berkali – kali menyenggol punggung rekannya, Vicko sembari meminta Vicko memundurkan kameranya saat mewawancarai Bupati. Padahal, menurut Egis, jarak kamera dengan wajah Bupati masih normal dan tak terlalu dekat.
“Ar kurang menghargai kami. Kalau kami ini sudah mengganggu kenyamanan Pak Bupati, silakan tegur baik – baik usai wawancara,” papar Egis, menerangkan saat proses wawancara berlangsung berada di depan Vicko.
Sementara, Avan, wartawan lainnya, menyesalkan tudingan yang dialamatkan Ar kepada rekannya, Vicko. Karena perkataan itu cukup melukai perasaan kalangan awak media yang seolah – olah tak paham dengan etika dalam menjalankan tugas.
“Kami paham cukup paham dengan etika. Dan menurut saya, apa yang dilakukan Vicko itu masih wajar. Jadi, tolong jelaskan kepada kami, di mana yang enggak ada etikanya itu,” sergah pemilik sertifikat kompetensi kewartawanan ini.
Menyikap insiden ini, Kabag Protokol, Ilham Akbar mengatakan, seyogianya wewenang untuk menegur atau tidak seseorang yang dikatakan mengganggu kenyamanan Bupati itu adalah wewenang bagian protokol dan bukan pihak lainnya, termasuk Ar.
“Urusan protokoler itu mestinya tugas kami. Kami yang berhak menegur (dan bukan lainnya),” tegas dia.
Tugas Walpri, menurut Ilham, hanya sebatas pengamanan kepada Bupati dan bukan mengurusi persoalan protokoler seperti dalam kasus ini.
Kendati demikian, Ilham berjanji akan melaporkan insiden ini kepada Bupati dan meminta pendapatnya apakah ia merasa terganggu dengan peralatan kamera yang digunakan rekan wartawan saat proses wawancara.
“Kalau saya lihat, Pak Bupati itu enjoy – enjoy aja. Enggak ada masalah. Tapi, nanti kami akan rapat untuk bahas persoalan ini,” katanya.



