Dibawa dari Baturaja dan Dirawat di RSUD Ryacudu, Bayi Penderita Gizi Buruk Kini Mulai Membaik
Feaby/Teraslampung.com Anita dengan selang infus di tangan kirinya, di RSUD Ryacudu Kotabumi, Minggu (23/8/2015). Kotabumi–Kondisi Anita Triyani, bayi berumur 8 bulan yang terkena penyakit gizi buruk perlahan mulai membaik. Berat...
Feaby/Teraslampung.com
| Anita dengan selang infus di tangan kirinya, di RSUD Ryacudu Kotabumi, Minggu (23/8/2015). |
Kotabumi–Kondisi Anita Triyani, bayi berumur 8 bulan yang terkena penyakit gizi buruk perlahan mulai membaik. Berat badan bayi malang tak berdosa ini yang awalnya hanya 3 kilogram (kg) kini telah naik menjadi 3,5 kg.
Ahmad Tarmizi (50), kakek Anita, saat ditemui di ruang perawatan anak Rumah Sakit Umum Daerah Ryacudu (RSUDR) Kotabumi, menuturkan berat badan cucunya ini berkat pelayanan prima dari pihak RS. Karena saat pertama kali dirawat di RSUDR pada Selasa (18/8) lalu, berat badan cucunya hanya sekitar 3 kg. Kini, setelah 5 hari dirawat, berat badan cucunya mulai berangsur – angsur naik menjadi 3,5 Kg. “Alhamdulillah, berat badan cucu saya sudah naik menjadi 3 kg, mas,” katanya, Minggu (23/8).
Pria paro baya ini mengatakan, awalnya ia tak pernah mengira bila cucu kesayangannya yang sejak umur dua bulan sudah ditinggal sang ibu untuk selamanya itu terkena gizi buruk. Ia baru menyadari ada yang tidak beres dengan kondisi cucunya saat pertama kali menggendong cucunya di atas bus usai menjemput cucunya dari rumah mertua anaknya di daerah Baturaja, Sumatera Selatan pada Jummat pekan lalu.
Dirinya sempat terhenyak dan seakan tak percaya manakala melihat tulang dada cucunya yang terlihat sangat jelas sesaat melepas baju yang dikenakan Anita. Tak hanya itu, dada cucunya pun seperti amblas ke dalam. “Saya hampir pingsan mas waktu pertama kali ngelihat kondisinya,” tuturnya dengan nada lirih.
Setibanya di kediamannya di Desa Cahaya Mas, Kecamatan Sungkai Barat, Lampura, ia langsung bergegas membawa cucunya berobat ke Puskesmas sekitar. Dari situlah ia mengetahui jika cucu yang baru pertama kali ia lihat mesti dirawat ke RSUDR lantaran mengidap penyakit gizi buruk.
“Ibu bidan dan Pak Camat Abdurahman yang menolong saya untuk membawa cucu saya ke sini (RSUDR) usai melihat kondisi cucu saya,” ucapnya lagi.
Meski seluruh biaya perawatan cucunya ditanggung pemerintah, kakek tersebut mengaku bingung dengan biaya makan – minumnya beserta istrinya, Nurhayati selama menunggu cucunya di RSUDR. Mengingat ia hanya bekerja sebagai buruh serabutan yang tentunya hanya mendapatkan upah jika bekerja.
“Kalau sementara ini, banyak pihak seperti Camat Sungkai Barat, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur yang ngasih uang buat makan dan minum kami di sini. Tapi, kalau nantinya saya enggak tahu. Sementara, saya enggak bisa kerja karena harus nungguin cucu sampai sembuh,” kata dia tanpa bisa menyembunyikan raut kegelisahan di wajahnya.
Di lain sisi, Direktur RSUDR, Maya Metissa mengatakan pihaknya akan bekerja semaksimal mungkin untuk meningkatkan berat badan Anita di antaranya dengan memberikan asupan makanan yang bergizi. Kendati demikian, ia tak dapat memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi Anita.
Perempuan berjilbab ini juga menuturkan, selain mengidap penyakit gizi buruk, Anita juga mengidap kelainan jantung. Namun untuk saat ini, pihaknya masih fokus untuk meningkatkan berat badan Anita hingga berat badannya normal.
“Kalau belum mencapai berat badan ideal atau normal, pasien belum boleh pulang. Tapi, kalau untuk biaya pengobatan, semuanya gratis karena sudah ditanggung pemerintah,” tegasnya.



