Belajar dari Heboh PR Matematika Anak SD di Facebook
BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com–Beberapa hari ini jagat sosial media dihebohkan sebuah kasus yang menarik. Seorang siswa SD bernama Habibi, mendapatkan PR matematika Dari sepuluh soal, hanya dua yang dijawab Habibi den...
BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com–Beberapa hari ini jagat sosial media dihebohkan sebuah kasus yang menarik. Seorang siswa SD bernama Habibi, mendapatkan PR matematika Dari sepuluh soal, hanya dua yang dijawab Habibi dengan benar.
Sebelumnya, Habibi diajari sang kakak, Muhammad Erfas Maulana ( mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Universitas Diponegoro). Menurut Erfas, kalau ada soal 4+4+4+4+4+4 maka itu artinya angka 4-nya ada enam kali, berarti ditulisnya 4 X 6, baru ditulis jawabannya yaitu = 24. Maka, Habibi pun mengerjakan PR sesuai dengan petunjuk kakak tercinta.
Sesampai tugas itu di tangan guru dan dibagikan, hasilnya sangat mengecewakan Habibi. Ternyata, delapan jawaban Habibi dinyatakan salah oleh Bu Guru. Jawaban yang semestinya lantas dituliskan bu guru di samping jawaban Habibi.
Untuk soal nomor 1 seharusnya ditulis 6 X 4, bukannya 4 X 6. Soal nomor 2, yang benar adalah 7 X 6, bukannya 6 X 7. Dan soal nomor 3 dituliskan jawaban yang benar, 3 X 7, bukan 7 X 3.
Yang benar hanya ada dua, yaitu soal nomor 6. Itu karena keberuntungan bahwa yang dituliskan adalah 8 X 8, yang kalaupun diputarbalikkan, ya tetap saja, 8 X 8. Juga soal nomor 9, yang ditulis dengan benar, yaitu 4 X 4. Karena sudah tidak bisa dibalik lagi, sebab sama saja.
Kalau yang nomor 6 diganti menjadi 8+8+8+8+8+8+8 dan soal nomor 9 diganti menjadi 4+4+4, maka Habibi akan memperoleh nilai 0 (nol) alias kosong. Sebab, Habibi akan menulis 8 X 7 untuk jawaban nomor 6 dan menulis 4 X 3 untuk jawaban nomor 9. Kedua jawaban ini keliru.
Polemik muncul di jejaring sosial media dari hasil jawaban yang sama meskipun caranya atau jalanya tidak sama, menarik perhatian ribuan orang pemilik akun Facebook.
Ari Pahala Hutabarat, penyair dan guru spiritual di Komunitas Berkat Yakin, saat berkomentar di akun FB Melissa Faradilla Inonu, mengatakan mestinya cara pikir guru harus diubah,
“Guru mesti belajar berpikir kreatif.Proses menjadi penting jika kita mau mengajarkan nalar, uruta-urutan argumen atau eviden yang harus diambil untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang logis. Hasil jadi penting jika kita mau mengajarkan cara berpikir lateral,yang tak linier,yang tak berurutan,yang kadang nyeleneh,terlihat ngawur-tapi tetap jawabanya”, terang Ari Pahala yang juga sutradara teater di Teater Kober-Lampung.
Ditambahkan oleh Ari Pahala Hutabarat bahwa proses dan hasil bisa dipakai sesuai tujuan pengajaran. “Lalu apa tujuan pelajaran dari guru matematika itu? Hanya dia dan Tuhan yang tahu,” ujar Ari.
Dari kasus PR matematika yang membuat heboh tersebut, pendidik sebaiknya menyadari dampak psikologis pada peserta didik dengan harus melihat dengan jeli proses komunikasi pembelajaran yang baik. Mungkin sang ibu guru yang bersangkutan hanyalah salah satu dari sekian ribu guru SD di negeri ini yang mengajarkan matematika cara baru.
Komunikasi menjadi penting. Guru-guru SD yang sudah dibekali dengan psikologi anak, tentunya tidak boleh melupakan bahwa mereka harus bijak menyampaikan penjelasan ketika siswa mereka ternyata menggunakan cara lama yang juga benar. (Aan Frimadona Rosa)



