Status Merapi Naik Jadi Waspada, Ini yang Harus Dilakukan Warga di Sekitar KRB
TERASLAMPUNG.COM — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Gunung Merapi dari Normal menjadi Waspada sejak Senin (21/05/2018) mulai Pukul 23:00 WIB akibat tingginya aktivitas gunung api aktif...

TERASLAMPUNG.COM — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status Gunung Merapi dari Normal menjadi Waspada sejak Senin (21/05/2018) mulai Pukul 23:00 WIB akibat tingginya aktivitas gunung api aktif tersebut.
Keputusan tersebut diambil melalui surat yang ditandatangani Kepala BPPTKG Dr Hanik Humaida Msc dan viral di media sosial. Melalui surat itu pula BPPTKG merekomendasikan menutup kegiatan pendakian di Gunung Merapi kecuali demi kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. Selain itu, radius 3 KM dari puncak Gunung Merapi dikosongkan dari aktivitas penduduk dan masyarakat yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III diminta meningkatkan kewaspadaanya.
Menyusul peningkatan status Gunung Merapi dari Normal menjadi Waspada, masyarakat yang selama ini tinggal di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, atau jika perlu, mengungsi terlebih dulu.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Purwanto, Selasa (22/5), mengatakan ada dua kawasan pemukiman yang masuk dalam KRB III yang berada dalam radius 3 km dari puncak Merapi, yakni Dukuh Stabelan dan Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo. “Sambil menunggu status Gunung Merapi berikutnya, agar tetap waspada dan diimbau untuk mengamankan diri dulu khususnya untuk warga Dukuh Stabelan dan Takeran,” terang Purwanto.
Selain dua dukuh yang masuk dalam KRB III, ada enam desa di kecamatan Selo, mencakup 15 dukuh, dan satu desa di Kecamatan Musuk yang masuk dalam KRB II atau dalam radius 5 km dari puncak. “Imbauan dari BPPTKG, jarak 3 km dari puncak harus dikosongkan, diamankan,” tegasnya lagi.
Pada Senin (21/5) malam, menyusul adanya tiga kali letusan freatik di puncak Merapi pada hari yang sama, sebanyak 362 warga Dukuh Stabelan, terdiri dari 35 balita, 12 lansia, 41 remaja, 39 anak-anak, dan 235 orang dewasa, mengungsi di Balai Desa dan Gedung Olah Raga Desa Tlogolele. Namun selasa paginya, mereka kembali ke rumah masing-masing setelah kondisi dinilai aman.
Untuk mengambil langkah antisipasi dan penanganan bencana Merapi, pihaknya dan satuan kerja Pemkab Boyolali menggelar rapat koordinasi. Sampai sejauh ini, BPBD Boyolali mempersiapkan logistik dan akan mendistribusikan masker ke tiga kecamatan yang mungkin terdampak bencana Merapi, yakni di Kecamatan Selo, Musuk, dan Cepogo.