Seni Lukis Bakar, Sentuhan Ajaib Phyrography Pemuda Asal Way Sulan yang Estetis dan Bernilai Seni Tinggi

TERASLAMPUNG.COM–Seorang seniman muda dari Desa Sukamaju, Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan, Asep Saepul Rahman atau yang akrab diapa Asep (22) mencuri perhatian dengan karya-karya pyrography atau seni lukis bakarnya yang memukau....

Seni Lukis Bakar, Sentuhan Ajaib Phyrography Pemuda Asal Way Sulan yang Estetis dan Bernilai Seni Tinggi

TERASLAMPUNG.COM–Seorang seniman muda dari Desa Sukamaju, Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan, Asep Saepul Rahman atau yang akrab diapa Asep (22) mencuri perhatian dengan karya-karya pyrography atau seni lukis bakarnya yang memukau. Karyanya tidak hanya ciamik, tetapi juga memiliki nilai seni tinggi dan berhasil menarik minat pembeli dari berbagai daerah di luar Lampung.

Asep, yang merupakan lulusan SMA Nurul Hidayah Karang Pucung tahun 2022, telah menekuni seni lukis bakar sejak tahun 2018. Ia mengukir gambar di media triplek dengan menggunakan solder listrik yang sudah dimodifikasi.

Puluhan karya lukis bakar sudah banyak dihasilkan seniman muda Asep ini, seperti lukisan foto keluarga, gambar wajah pribadi siluet, tulisan kaligrafi, jam dinding, souvenir gantungan kunci dan masih banyak lainnya lagi.

Asep mengatakan, dirinya tak pernah belajar khusus melukis bakar, Ia mendapat keterampilan itu secara otodidak dan melihat tayangan dari Youtube. Berkat kreativitasnya, ia membuat karya seni lukis bakar dengan bahan dasar triplek sebagai pengganti kanvas. Pengalaman baru melukis pyrography atau seni lukis bakar yang diperolehnya, lantas dikembangkan dengan berbagai modifikasi.

“Saya memang suka menggambar. Kalau melukis dengan cara dibakar, itu secara otodidak saja,”kata Asep sembari membuat lukisan bakar foto siluet wajah, Kamis (3/7/2025) siang.

Tangan kanan Asep tak berhenti bergerak melukis di triplek dengan cara dibakar, pandangannya juga tak menentu yang sesekali mengarah ke gambar di gawai (ponsel) dan melihat ke triplek di depannya yang dicoretnya media itu dengan solder panas.

Lukisan dengan cara dibakar yang dibuat Asep ini, memang tak biasa dan kreatif. Umumnya, lukisan dibuat pada media kanvas, namun Asep menggunakan media triplek dan dibakar sebagai pengganti kanvasnya. Begitulah kegiatan yang dilakukan seniman muda Asep sebagai pelukis bakar (pyrography).

Perjalanan Otodidak Asep dalam Seni Pyrography

Asep, seorang seniman muda yang memiliki passion yang kuat dalam menciptakan karya seni yang unik dan menarik. Asep mengaku mencoba membuat lukisan dengan cara dibakar, ketika Ia duduk dibangku sekolah kelas 2 MTS (SMP) Anatushibyan. Keterampilan ini, kemudian terus Ia kembangkan hingga lulus SMA Nurul Hidayah Karang Pucung tahun 2022.

“Lukisan bakar buatan saya ini, ternyata banyak disukai oleh teman-teman sekolah SMA. Hal ini yang mendorong saya untuk terus berkreasi dan mengembangkan bakat seni saya ini,”kata dia.

Meskipun memiliki bakat dan minat yang kuat dalam seni, Asep harus menghadapi keterbatasan alat dan sumber daya. Setelah lulus SMA, ia bekerja sebagai buruh pabrik di Pulau Jawa untuk mencari penghasilan. Namun, semangat dan ketekunannya dalam menciptakan karya seni tidak pernah padam.

Setelah kembali ke kampung halamannya, Asep kembali menekuni bakat seninya dengan membuat lukisan bakar. Dengan ketekunan dan dedikasi yang tinggi, Asep berhasil menciptakan karya seni yang unik dan menarik, serta membuktikan bahwa dengan semangat dan kerja keras, seseorang dapat mencapai impian dan mengembangkan bakatnya.

Inovasi Media dan Alat

Ide membuat lukisan bakar ini, lanjut Asep, dari keinginannya yang memanfaatkan barang bekas dimana di desanya banyak pekerjaan bangunan menggunakan kayu lapis atau triplek yang sudah tidak terpakai.

“Triplek yang tidak lagi terpakai dari bekas bangunan itu, saya gunakan untuk media lukis pengganti kanvas dan cat,”sebutnya.

Untuk alatnya, Asep juga menunjukkan kreativitas luar biasa. Pada awalnya, karena keterbatasan dana saat masih sekolah, ia memodifikasi pengisi daya (charger) ponsel dengan jarum jahit bekas sebagai alat untuk lukis bakar.

Setelah bekerja dan memiliki tabungan, barulah ia membeli solder dan trafo pemanas yang lazim digunakan untuk servis elektronik secara daring.

“Tahu bisa pakai alat solder itu, setelah saya melihat dari Youtube. Alat solder dan trafo itu saya pesan melalui online, dan itu saya beli dari hasil tabungan saya”kata Pria yang kesehariannya sembari bekerja serabutan ini.

Beragam Karya dan Proses Pengerjaan

Puluhan karya seni lukis bakar telah dihasilkan oleh Asep, mulai dari lukisan foto keluarga, wajah pribadi, tulisan kaligrafi, jam dinding, hingga gantungan kunci. Ia juga menerima pesanan by request atau sesuai keinginan pemesan sesuai keinginan pembeli, termasuk gambar siluet dan souvenir.

“Proses pengerjaan satu lukisan bakar membutuhkan waktu sekitar tiga jam, namun dapat memakan waktu dua hingga tiga hari untuk ukuran besar atau tingkat kesulitan tinggi,”ujarnya.

Asep menjelaskan bahwa proses melukis bakar ini dilakukan berulang kali sampai sketsa pensil tidak lagi terlihat dan berubah menjadi gosong hitam lantaran pembakaran.

Sedangkan alat yang digunakan untuk membuat lukisan bakar pada media triplek ini sangat sederhana, menggunakan alat solder yang ujungnya sudah ia modifikasi sendiri dan dibuat panas menggunakan travo atau adaptor kecil yang tersambung dengan listrik.

Pemasaran dan Penghasilan

Karya-karya lukis bakar Asep ini dipasarkan secara luas melalui media sosial, seperti akun Facebook @rhmns_17 dan akun TikTok @eshan.173. Ia bahkan sering melakukan siaran langsung di TikTok saat membuat lukisan untuk menarik minat pembeli.

“Dari saya live di TikTok dan mengunggah hasil karya seni saya ini di Facebook, alhamdulillah banyak yang tahu dan mengapresiasi, juga mulai banyak peminatnya,”ujarnya.

Tidak hanya itu saja, bahkan Ia tergabung dalam komunitas Seni & Lukis Bakar Pyrography Nusantara di Facebook. Asep kini mulai dibanjiri pemesan dari luar wilayah Kabupaten Lampung Selatan ataupun Provinsi Lampung, yakni dari Palembang, Pekanbaru Riau, Kalimantan, Jakarta dan beberapa daerah lainnya.

“Saya jualnya atau pemasarannya melalui medsos. Kalau untuk harga bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp250 ribu, tapi itu tergantung ukuran dan tingkat kesulitan gambar yang dibuat,”kata pemuda yang juga pernah menjadi buruh pabrik ini.

Berkat kreativitasnya, Asep meraup hingga jutaan rupiah sejak satu tahun terakhir ini. Kedepan, Ia berharap, ingin mengembangkan hobi melukis diatas triplek dengan alat bakar ini menjadi salah satu usahanya yang dapat menghasilkan pundi-pundi cuan.

“Sementara ini masih sebatas hobi saja, tapi kedepan hobi ini (seni) benar-benar dapat menghasilkan dan membantu memenuhi kebutuhan hidup orang tuanya,”harapnya.

Bakat Serbaguna: Miniatur dan Hiasan Dinding Daun Karet

Selain pyrography atau seni lukis bakar, Asep juga menunjukkan bakat lain yang tak kalah memukau. Ia terampil membuat miniatur dari bahan limbah seperti tusuk sate, stik es krim bekas, dan kardus.

Ada Beberapa minatur yang telah dibuatnya antara lain Jam Gadang, Tugu Monas, Menara Eiffel dan Jembatan Ampera, dengan harga jual Rp150 ribu hingga Rp400 ribu.

Bahkan tak kalah unik adalah karya seni hiasan dinding dari daun karet tua terlihat begitu ciamik dan elegan. Daun karet yang digunakan, telah melalui proses untuk menghasilkan serat daun yang indah dan kuat.

Proses pembuatannya dengan memilih daun karet tua yang masih hijau dan tidak rusak, lalu daun karet direndam dalam lumpur selama 20 hari untuk membuang kulit daunnya, sehingga menyisakan serat daunnya saja. Setelah itu, daun karet dibersihkan dengan air bersih dan disikat menggunakan sikat gigi secara perlahan.

Selain metode perendaman, Asep juga menggunakan metode perebusan untuk membuang kulit daun karet. Daun karet direbus selama lima menit, kemudian diangkat dan dibiarkan dingin. Setelah itu, daun karet direbus lagi selama dua menit dengan campuran soda api, lalu diangkat dibiarkan dingin. Barulah daun karet disikat menggunakan sikat gigi untuk menghasilkan serat daun yang halus dan indah.

Hiasan dinding dari daun karet yang dibuat Asep ini tidak hanya unik dan menarik, tetapi juga memiliki nilai seni yang tinggi. Dengan sentuhan pernak-pernik yang tepat, hiasan dinding ini menjadi sebuah karya seni yang mempesona dan dapat memperindah ruangan.

Hiasan dinding ini dijual seharga Rp50 ribu dan menunjukkan inovasi Asep dalam memanfaatkan bahan alami.

Kisah Asep Saepul Rahman alias Asep ini adalah bukti nyata bahwa dengan semangat, ketekunan, dan kreativitas, seseorang dapat mencapai impian dan mengembangkan bakatnya, bahkan dengan keterbatasan alat dan sumber daya.

Zainal Asikin