Oktovianus Pogau, Jurnalis Terbaik Papua Meninggal Dunia

Oktovisnus Pogau ketika mengikuti program IVLP di Amerika Serikat, Desember 2015 lalu. (Foto: Istimewa/FB) JAYAPURA, Teraslampung.com — Salah satu jurnalis terbaik Papua. Oktovianus Pogau, meninggal  dunia di Rumah Sakit Dian Hara...

Oktovianus Pogau, Jurnalis Terbaik Papua Meninggal Dunia
Oktovisnus Pogau ketika mengikuti program IVLP di Amerika Serikat, Desember 2015 lalu. (Foto: Istimewa/FB)

JAYAPURA, Teraslampung.com — Salah satu jurnalis terbaik Papua. Oktovianus Pogau, meninggal  dunia di Rumah Sakit Dian Harapan (RSDH), Waena, pada Minggu, 31 Januari 2016, sekitar pukul 09 malam waktu setempat.

Pemimpin Redaksi suarapapua.com itu meninggal karena menderita penyakit paru-paru yang dideritanya sejak beberapa tahun terakhir.

Putra terbaik asal Mbamogo, Kabupaten Intan Jaya itu meninggal setelah sebelumnya dirawat di RSDH. Padahal, jurnalis muda itu baru saja pulang dari Amerika dalam program pertukaran pemuda.

Suasana duka pun menyelimuti keluarga dan kerabat dan jurnalis yang dikenal kritis dan cerdas ini.

Kabar menimggalnya Okto menghiasi liminasi media sosial Facebook sejak Minggu (31/1). Beberapa kawan dekat almarhum dan para anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menuliskan beberapa kenangan indah bersama Okto.

Pemred Tabloidjubi,Victor Mambor, misalnya, menulis: Oktovianus Pogau bukan sekedar teman dan adik buat saya. Dia adalah tandem sekaligus rival buat saya. Dia adalah “otak kiri” saya dalam dunia jurnalistik. Dia adalah “separuh jiwa” saya dalam dunia jurnalistik. Dia tak ada bandingnya. Dia tak ada tandingnya. Dia membuka lebar mata banyak orang tentang apa yang sebenarnya terjadi di Papua. Dia pantas dikenang sebagai pejuang pembebasan, karena di adalah legenda.
Amakane. RIP Mepa!

Jurnalis Tempo di Ternate, Budhy Nurgianto, menulis: Dua jam lalu saya mendapatkan kabar, sahabat saya Oktovianus Pogau -seorang jurnalis di Papua dan rekan saat mengikuti program IVLP di Amerika Serikat telah meninggal dunia karena sakit. Kabar ini sungguh mengejutkan dan tentu saya merasa sangat kehilangan. Selamat Jalan kawan, Semoga Tuhan memberikan tempat yang mulia untukmu.

Sementara jurnalis senior Warta Kota, Willy Pranudya, menulis catatan lumayan panjang:

Selamat jalan Okto, teruslah berjuang di sana. Begitu mendengar Oktovianus Pogau dikabarkan meninggal dunia malam ini, saya merasa tidak percaya. Tepatnya tak bisa menerima. Tapi apalah saya. Karena itu saya langsung mengontak dua jurnalis Papua, Cunding Levi dan Hendrina Dian Kandipi untuk menkroscek kabar duka ini. Ternyata Dian juga sedang melakukan hal yang sama. Tak lama kemudian Cunding dan Dian membenarkan bahwa Okto meninggal karena sakit. Saat ini jenazahnya masih berada di RS Dian Harapan, Abepura Jayapura.


Pertemuan terakhir saya dengan Okto terjadi di Jakarta saat berlangsungnya Festival Media AJI 2015 di Kampus Univ Atmajaya Jakarta, 14-15 November 2015. Saat itu Okto dkk datang mewakili AJI Jayapura. Saya sempat berbincang-bincang sebentar karena sudah lama tak bersua. Seperti biasa setiap bertemu kawan-kawan Papua saya selalu bercanda “Kapan Merdeka?”. Dia selalu tersipu malu persis ketika saya berjumpa dua tahun lalu di sebuah warung makan di Tegalan, Matraman Jakarta Timur.


Perkenalan saya dari dekat dengan Okto terjadi pada awal 2013 saat AJI Indonesia dan AJI Jayapura menggelar Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) di Jayapura. Sebelumnya saya hanya sekadar tahu sebagai salah satu anggota AJI. Okto adalah salah satu peserta UKJ yang seperti peseta lainnya harus berhadapan dengan kami sebagai tim penguji selama dua hari UKJ berlangsung. Selama dua hari itu pula saya mulai mengenal Okto dan sedikit kiprahnya sebagai jurnalis sekaligus aktivis muda Papua yang begitu mencintai bangsanya dan tanah Papua.


Selanjutnya saya hanya sesekali bertemu. Juga sesekali berkomunikasi secara dua arah via inbox di FB, Sesekali searah: saya hanya membaca statusnya atau sebaliknya. Pola yang terakhir ini menjadi ketika kami bertemu darat. Dari pertemuan pertama saat UKJ dan komunikasi selanjutnya saya punya kesan bahwa Okto adalah salah satu jurnalis dan orang muda terbaik Papua Saya semakin yakin ketika beberapa bulan lalu dia mendapat kesempatan berkeliling Amerika untuk mengikuti International Visitors Leadership Program (IVLP) 2015.


Setahu saya juga Okto adalah aktivis pemberani. Dia pernah harus diselamatkan (diungsikan) oleh kawan-kawan dari sebuah kota di Papua karena aktivitasnya. Memang sempat muncul komunikasi yang simpang siur karena Papua memang selalu dibuat simpang siur agar tetap mudah dijajah. Karena itu saya terkejut oleh kabar duka ini. Saya tak percaya dia pergi untuk selamanya. Saya tak percaya dia mudah terserang penyakit mematikan. Tapi itulah hidup. Kadang-kadang harus mampu menerima yang tak bisa diterima.


Ah Ade, sa yakin ko deng kawan-kawan akan trus berjuang di sana, di tempat keabadian itu. Mintalah trus ke Tete Manis agar bangsa Papua dan bangsa-bangsa lain di Indonesia segera merdeka dari segala bentuk penghisapan dan penindasan. Selamat jalan Ade. RIP. 

Selamat jalan, kawan Okto….