Membangun Mikrohidro, Cara Warga Pagar Bukit Pesisir Barat Dapatkan Listrik
Energi mikrohidro dengan memanfaatkan kincir air yang dibangun Telkomsel bersama warga di Pesisir Barat. (Ist) TERASLAMPUNG.COM–Frustrasi dengan janji-janji PLN, warga Desa Pagar Bukit, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir...
| Energi mikrohidro dengan memanfaatkan kincir air yang dibangun Telkomsel bersama warga di Pesisir Barat. (Ist) |
TERASLAMPUNG.COM–Frustrasi dengan janji-janji PLN, warga Desa Pagar Bukit, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat membuat instalasi mikrohidro untuk bisa mendapatkan energi listrik. Untuk bisa menikmati listrik, para petani warga Desa Pagar Bukit bergotong royong membangun sendiri sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTA) berukuran sederhana. Dengan PLTA sederhana ini, para petani berhasil membuat terang-benderang desanya yang sudah puluhan tahun gelap gulita.
“Alhamdulillah, kami sekarang punya listrik dan bisa menunjang seluruh aktivitas kita. Listrik ini adalah hasil kerja keras kita, hasil dari swadaya kita sendiri,” ujar Gusti Kadek Hartawan, ketua Paguyuban Tani Demokratik (PDT).
Kadek mengaku sebelum proses pembangunan PLTA sederhana dilakukan, para petani sudah berkali-kali meminta kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) bersedia mengalirkan listrik ke desa mereka. Namun, permintaan itu selalu ditolak oleh PLN dengan alasan tidak mempunyai dana yang cukup untuk membangun instalasi guna mengalirkan listrik ke desa tersebut.
Menurut Kadek untuk membangun instalasi mikrohidro warga desa menghimpun dana bersama-sama. Dana itulah yang dipakai untuk membeli peralatan-peralatan yang diperlukan. Setelah itu mereka membendung sungai kecil yang melintasi desa. Hasil bendungan air itulah yang dimanfatkan warga untuk memutar dynamo yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
“Energi listrik kemudian kami distribusikan ke rumah-ruma warga melalui kabel. Saat ini baru puluhan rumah dan balai desa yang bisa diterangi listrik. Tapi kami akan terus berusaha agar semua rumah bisa dialiri listrik,” kata Kadek.
Lisrik di Lampung Barat memang menjadi “barang mewah”. Meskipun di wilayah itu terdapat PLTA Way Besai yang memiliki kapasitas 90 MW, tetapi krisis daya masih saja terjadi. Dari 418.560 warga (sekitar 100 ribu kepala keluarga) baru 28 persennya yang bisa menikmati listrik. Padahal, kabupaten paling barat di Provinsi Lampung ini memiliki sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yaitu Way Besai. Tidak tanggung-tanggung, PLTA ini mampu menghasilkan daya hingga 90 megawatt (MW).
Sebelum masuk Kabupaten Pesisisr Barat, Desa Pagar Bukit, Kecamatan Bengkunat Belimbing masuk Kabupaten Lampung Barat. Beberapa tahun lalu Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan secara perhitungan kasar, Lampung Barat hanya membutuhkan bar 7 MW saja untuk menerangi seluruh rumah penduduk.
“Karena PLN tidak mampu memenuhi permintaan pasokan listrik, Pemda Lampung Barat membangun sepuluh unit jaringan listrik bernilai miliaran rupiah. Namun sejak 2007 hanya dua jaringan yang diberi arus listrik dan dioperasikan. Sementara, sisanya belum beroperasi,” kata Mukhlis.
| Warga Pagar Bukit bergotong royong membangun mikrohidro |
Tak hanya rumah tangga yang kesulitan mendapatkan energi listrik. Perusahaan pun kesulitan mendapatkan energi listrik. Yang dialami Telkomsel, misalnya, terpaksa juga harus membangun mikrohidro untuk bisa mendukung operasional base transceiver station (BTS). BTS berbasis mikrohidro milik Telkomsel dibangun di Desa Sumberagung, Kecamatan Suoh.
Ivan Cahya Permana ,General Manager Operasional Telkomsel Regional Sumatera bagian Selatan, mengatakan semula pihaknya mengandalkan listrik dengan menggunakan tenaga surya dan diesel.
“Namun kami mengalami kendala karena daerah tersebut sangat minim cahaya matahari. Kabut tebal kerap datang setiap hari. Kami juga sulit mendapatkan solar sebagai bahan bakar utama diesel.Akhirnya energi mikrohidro menjadi pilihan kami, “ kata Ivan.
Ivan mengklaim BTS mikrohidro milik Telkomsel tersebut merupakan BTS pertama di Asia Tenggara yang memanfaatkan energi mikrohidro. Selain dimanfaatkan untuk mengoperasikan BTS, energi listrik berbasis mikrohidro di Suoh juga dialirkan ke rumah-rumah penduduk.
“BTS ini menjawab tantangan topografi Indonesia yang berlimpah akan sumber energi alami seperti sungai. Mikro hidro juga menjawab tantangan telkomsel untuk meyediakan layanan telekomunikasi diseluruh wilayah nusantara dalam membuka daerah terisolir dan memberikan alternatif energi ramah lingkungan yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh warga sekitar,” kata Ivan.
Menurut Ivan BTS mikrohidro yang memiliki radius jangkauan 5km dan dapat menghemat 30% biaya dibandingkan BTS solar cell. Selain itu proses pengerjaannya pun relatif cepat yakni hanya membutuhkan waktu enam bulan saja. “Keuntungan lain dari BTS mikrohidro adalah masyarakat sekitar dapat menikmati pasokan listrik untuk kebutuhan sehari-hari yang secara langsung dapat meningkatkan produktivitas warga,” ujarnya.
Telkomsel bekerja sama dengan warga setempat untuk memelihara mikrohIDRO. Untuk itu telah dibentuk paguyuban warga pemakai listrik mikrohidro Telkomsel dengan jumlah anggota paguyuban 20 kepala keluarga. Anggota paguyuban terdiri atas warga yang terlewati jaringan listrik dan warga yang lahannya terpakai untuk pembangkit dan bendungan.
| Mesin dengan teknologi sederhana untuk mikrohidro dan ‘memanen listrik’ (Foto: Ist) |
“Anggota paguyuban mendapatkan sambungan listrik untuk daya tiga (3) buah lampu 8 Watt sedangkan fasilitas umum seperti kantor kecamatan, masjid, musola, dan balai desa mendapat sambungan dengan kapasitas masing-masing 200 Watt,” kata Sugiman, warga Sumberagung yang menjadi ketua paguyuban.
Anggota paguyuban berkewajiban memelihara pembangkit mikro hidro. Antara lain dengan cara membersihkan sampah di saluran pipa, mengecek jaringan, memotong dahan pohon.
Sampai kini aliran listrik PLN belum menjangkau Kecamatan Suoh. Jaringan PLN terakhir berada di Desa Gunung Doh, Kabupaten Tanggamus yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Suoh. Selama ini sebagian kecil warga mendapatkan pasokan listrik dari genset berkapasitas 2 x 10 kW milik tokoh masyarakat setempat dan pasokan listrik hanya disediakan selama 4 (empat) jam setiap hari, yakni dari pukul 18.30 – 20.30 WIB.
Oyos Saroso H.N.



