Kontroversi Menteri Susi Pudjiastuti (4)
Susi Pudjiastuti bersama karyawan KKP (foto Uni Lubis) Dua pesawat pertama itu sebelumnya digunakan untuk mengangkut lobster dan produk laut lain dari Pangandaran ke daerah tujuan pemasaran. Setelah terlibat dalam tanggap darurat tsunami di...

Susi Pudjiastuti bersama karyawan KKP (foto Uni Lubis) |
Dua pesawat pertama itu sebelumnya digunakan untuk mengangkut lobster dan produk laut lain dari Pangandaran ke daerah tujuan pemasaran. Setelah terlibat dalam tanggap darurat tsunami di Aceh dan Nias, Susi Air mulai melayani rute perintis ke Pulau Simeuleu, salah satu tempat terdekat ke episentrum gempa. Di sana dia melakukan hal yang sama dengan yang dia lakukan di Pangandaran. Membeli ikan tangkapan nelayan, sekaligus melayani transportasi rute perintis.
“Sesudah tsunami itu, saya agak lama tinggal di Medan. Pesawat fully booked untuk jalur ke Aceh. Akhir pekan saya dan anak-anak menikmati Pantai Simeuleu yang indah. Bakar ikan. Dirikan tenda. Nelayan di sana belum berani kembali melaut karena trauma. Saya datangkan 20 kapal penangkap ikan. Akhirnya bergabung 40-an nelayan, mereka kembali melaut. Hasil tangkapan saya beli. Mei 2005, secara resmi kami mulai melayani rute ke Pulau Simeuleu,” cerita Mbak Susi.
Pulau Simeuleu menjadi kisah menarik. Kendati berada di lokasi terdekat dengan pusat gempa berkekuatan 9,1 SR itu, korban jiwa relatif sedikit. Penduduk memiliki kearifan lokal, segera lari ke lokasi lebih tinggi saat terjadi gempa, untuk menghindari terjangan tsunami. Setelah Pangandaran, Pulau Simeuleu, bisnis perikanan Susi Pudjiastusi ASI berkembang pesat ke. Susi Air kini meladeni penerbangan ke dan dari 23 base, setiap hari ada 200-250 penerbangan yang dilakoni pesawat-pesawat Susi Air yang mayoritas dikemudikan pilot asing.
Susi Air selalu hadir dalam setiap upaya tanggap darurat bencana tsunami.
Petuah Susi ke pilot asing
Sekitar pertengahan 2012, Mbak Susi mengajak berakhir pekan di Pangandaran. Dia ingin menunjukkan persiapan sekolah pilot, Susi Training Center. Detil mengenai sekolah ini bisa dibaca di tautan ini: Runway Aviation
Kami berangkat dari Halim Perdana Kusuma. Mbak Susi membeli bekal makanan untuk perjalanan naik pesawat Piaggio 180 Avanti, pesawat turboprop eksekutif yang biasa dicarter para bos atau tokoh politik negeri ini. Dia memangku cucunya, Arman. Saya dan suami mengajak Darrel, putra kami untuk ikut. Very excited buat Darrel. Sepanjang perjalanan kami ngobrol beragam isu. Dari urusan cucu, ekonomi, politik sampai pemerintahan SBY. Sikapnya kritis.
Ini bukan perjalanan liburan pertama bagi saya ke Pangandaran. Selalu menyenangkan menginap di rumah Mbak Susi, lalu bermain-main di pantai dan melihat proses pengemasan lobster dan ikan. Bagi Darrel, ini yang pertama kali. Educational weekend trip. Darrel suka naik pesawat dan hafal jenis-jenisnya.
Kami mendarat di bandara Nusa Wiru, Pangandaran. Dari sana pindah ke helikopter untuk mendarat di bandara pribadi tak jauh dari rumah Mbak Susi. Apa nggak keren? He he. Pilot membantu menurunkan barang-barang, lantas membersihkan pesawat. Memandikan pesawat. Ini berlaku untuk semua pilot Susi Air.
Nyaris semua pekerjaan di Susi Air dilakukan dengan efisien. Tenaga terbatas. Saya ingat tahun-tahun pertama Susi Air, urusan administrasi termasuk pertiketan diladeni Mbak Susi dibantu Mas Gunandjar, manajernya. Sampai sekarang Mas Gunandjar masih bekerja di sana dan menjadi salah satu orang kepercayaan Mbak Susi.
“Pilot asing itu mau mengerjakan semuanya. Melayani penumpang, membagikan konsumsi, membantu mengangkat barang-barang penumpang, sampai membersihkan pesawat. Paket all in. Kalau pilot lokal mana mau? “ kata Mbak Susi.
Ini menjawab pertanyaan mengapa Susi Air memilih menggunakan pilot asing ketimbang pilot lokal. Lagipula jumlah pilot di dalam negeri juga terbatas. Itu juga alasan Susi Air mendirikan Susi Training Center.
Rumah Mbak Susi sangat luas. Ada rumah pribadi, tempat dia tinggal bersama keluarga. Kawasan ini memiliki beranda yang luas dengan penataan yang nyaman, dan pemandangan indah. Di beranda ini Mbak Susi biasa menerima tamu, melakukan rapat dengan staf, termasuk briefing dengan 100-an pilot yang berbasis di Jakarta. Ada kamar-kamar untuk mess para pilot yang bisa digunakan menginap para tamu. Putra pertama dan orang tuanya tinggal dekat dengan komplek rumah Mbak Susi. Ada bangunan besar tempat pengemasan lobster dan produk laut tangkapan nelayan. Lantas, saat kami berkunjung itu, ada bangunan baru untuk sekolah pilot.