Kampus Guru Cikal akan Gelar Pertemuan Pendidik Nusantara

JAKARTA, Teraslampung.com–Kampus Guru Cikal akan menggelar Temu Pendidik Nusantara di Sekolah Cikal, Cilandak, pada Sabtu, 21 November 2015. Kegiatan itu dimaksudkan sebagai ajang berbagi pengalaman dan saling belajar antar guru di berba...

Kampus Guru Cikal akan Gelar Pertemuan Pendidik Nusantara

JAKARTA, Teraslampung.com–Kampus Guru Cikal akan menggelar Temu Pendidik Nusantara di Sekolah Cikal, Cilandak, pada Sabtu, 21 November 2015. Kegiatan itu dimaksudkan sebagai ajang berbagi pengalaman dan saling belajar antar guru di berbagai daerah di Indonesia.

Kegiatan yang bertema Merajut Keragaman, Mewujudkan Pembelajar Sepanjang Hayat akan dibuka Menteri Anies Baswedan. Sebelumnya, Menteri Anies akan sarapan pagi bersama penggerak Guru Belajar sebagai bentuk apresiasi dan dukungan pentingnya semangat guru belajar.

Temu Pendidik Nusantara akan menghadirkan pula Badroni Yuzirman, Lucy Wiryono, Clara Ng, dan Melly Goeslaw. Kehadiran narasumber dari beragam profesi tersebut diharapkan dapat memperkaya cara pandang guru. Selain itu, ada 8 kelas lokakarya yang melibatkan KPK RI, Balitbang Kemdikbud RI, Taman Gagasan Anak, IniBudi.org, KeluargaKita.com, Komunitas Guru Belajar, Living Quran dan Science Factory.

Temu Pendidik Nusantara adalah perayaan keragaman sekaligus penyala semangat guru belajar. Perayaan bahwa keragaman merupakan kekuatan dan potensi, baik dalam konteks berbangsa maupun dalam penerapannya pada praktik belajar mengajar di kelas. Penyala semangat guru belajar yang telah ada dalam diri guru. Tantangan untuk menyalakan semangat guru belajar adalah bagaimana mewujudkan ekosistem pendidikan yang mendukung perwujudan semangat guru
belajar menjadi dampak positif pada pembelajaran dan anak-anak Indonesia.

Guru Belajar yang diinisiai oleh Kampus Guru Cikal adalah sebuah komunitas pendidik untuk berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan, yang telah hadir di 18 daerah mulai dari Lampung di barat dan Timika di timur.

Komunitas ini meyakini bahwa guru belajar lewat kolaborasi yang beragam. Keragaman bentuk kolaborasi terwujud pada Temu Pendidik di setiap daerah, Temu Pendidik Nusantara yang memberi kesempatan guru belajar dari sesama guru maupun dari non-guru, dan peluncuran buku “Diferensiasi, Memahami Pelajar untuk Belajar yang Menyenangkan dan Bermakna” yang ditulis secara gotong royong oleh para guru.

Buku Diferensiasi diharapkan dapat membekali guru untuk mengajar dan mendidik dengan beragam teknik serta memenuhi kebutuhan dan profil belajar murid yang beragam.

Penyakit kronis pendidikan Indonesia bukan buruknya kualitas guru, tapi berhentinya guru belajar. Ada beberapa faktor penyebabnya, pertama, buruknya kualitas pelatihan guru, yang masif, satu arah, dan miskin praktek. Banyaknya beban kerja administratif yang membuat guru kehabisan waktu luang untuk belajar.

Lebih ironis lagi, mekanisme Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru dinilai tidak efektif. Riset yang dilakukan Nurkolis dan Yuliejantiningsih (2015) di Demak dan Pemalang menunjukkan 73% guru menilai tidak efektif PKB di tingkat KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

Faktor terbesar yang membuat PKB tidak efektif adalah ketergantungan narasumber ahli dari pusat serta hambatan dan keengganan melakukan pembelajaran kolaboratif antar guru. Terhambatnya pembelajaran kolaboratif seolah menyiratkan kegagapan dalam menghadapi keragaman.

Lebih jauh lagi, berhentinya semangat guru belajar berakar pada salah kaprah guru belajar. Najelaa Shihab, penggagas komunitas Guru Belajar menyampaikan bahwa ada 3 salah kaprah yang menghambat guru belajar. Pertama, guru malas belajar kecuali bila ada insentif eksternal dalam bentuk tunjangan atau hadiah.

Kenyataannya, guru secara alami mempunyai kebutuhan internal untuk belajar. Kedua, guru hanya perlu tahu cara melakukan sesuatu, tidak perlu dan tidak bisa paham mengapa melakukan sesuatu. Padahal, kesadaran mengapa melakukan sesuatu bisa menjadi motivasi yang luar biasa bagi guru belajar. Ketiga, kompetensi guru adalah kompetensi yang bisa diukur, diinterpretasi dan ditingkatkan secara individual tanpa mempertimbangkan konteks ekosistem.

Kenyataannya, pembelajaran guru bersifat sosial, iklim yang positif dibutuhkan guru
belajar. Semangat guru belajar memang berasal dari motivasi internal yang ada dalam diri
guru.

“Proses guru belajar, bagi saya, semacam menjalani berbagai petualangan, termasuk petualangan menyelami diri sebagai pendidik, mencoba keluar dari jebakan, berupa rasa puas, perasaan ‘sudah-mengerti’, dan perasaan ‘tidak-bolehsalah’, ujar Diana Dwi Jayanti, penggerak Komunitas Guru Belajar Tuban.

Semangat guru belajar juga bermanfaat terhadap guru sendiri, sebagaimana diakui oleh Hesti Wulandari, guru PAUD sekaligus Penggerak Komunitas Guru Belajar Soroako, Sulawesi Selatan bahwa “Hanya dengan belajarlah pekerjaan sebagai guru itu tetap menyenangkan”.

Semangat guru belajar berdampak pada murid dan suasana kelas. Penggerak Komunitas Guru Belajar Timika sekaligus Guru SD, Lany R.H., menegaskan bahwa “pengaruh guru belajar pada murid, secara tidak langsung akan membawa atmosfer belajar yang semakin positif, bahkan menginspirasi murid untuk ikut terus belajar”.

Pendapat itu dibenarkan oleh Rizqy Rahmat Hani, guru SMA Negeri, yang semangat menjadi Penggerak Guru Belajar Pekalongan, “Menjadi guru belajar membuat siswa menjadi lebih antusias belajar, siswa lebih tertantang belajar, siswa lebih cinta belajar, ada rasa KASMARAN belajar di sana”.

rl