Berapa Uang yang Kau Bakar di Pergantian Tahun?

Budi Hutasuhut Semalam, saat menyambut 2016, saya berada di salah satu tempat paling tinggi di Kota Bandar Lampung. Sukadanaham, sebuah wilayah yang hanya bisa didatangi jika Anda menakik jalan menanjak. Di daerah ini saya tinggal, di salah satu ka...

Berapa Uang yang Kau Bakar di Pergantian Tahun?

Budi Hutasuhut

Semalam, saat menyambut 2016, saya berada di salah satu tempat paling tinggi di Kota Bandar Lampung. Sukadanaham, sebuah wilayah yang hanya bisa didatangi jika Anda menakik jalan menanjak.

Di daerah ini saya tinggal, di salah satu kawasan destinasi pariwisata yang tak kunjung berkembang, meskipun saya memilih tempat tinggal ini bukan karena ingin berwisata. Di sini sepi, meskipun tak menekan mendesak. Saya suka kesepian karena memberi keuntungan bagi kebiasaan saya yang suka melamun.

Dari ketinggian ini, bertepatan pada pergantian tahun 2015 ke 2016, saya menyaksikan hampir di setiap sudut Kota Bandar Lampung ada ledakan petasan. Saya merasa seperti berada di tengah-tengah medan peperangan. Dari mana-mana dan dimana-mana terdengar suara ledakan. Langit menyala-nyala. Asap mesiu mengepung. Baunya sengit.

Saya berhitung, berapa banyak petasan yang dibakar. Berapa rupiah uang dibakar? Uang siapa yang dibakar?

Tentu saja saya tak akan menemukan angka yang tepat. Tapi, kalau direka-reka, setiap orang di Kota Bandar Lampung bagai merasa wajib membakar petasan. Tak perduli kaya atau miskin. Tak perduli punya penghasilan atau menganggur. Satu orang di Kota Bandar Lampung pasti membakar satu petasan.

Kalau harga satu petasan Rp5.000 sedang penduduk Kota Bandar Lampung (kita perkirakan) sekitar 100.000 orang yang membakar petasan, maka ada Rp500.000.000 yang dibakar saat pergantian tahun. Angka Rp500.000.000 itu bisa lebih, karena satu orang tidak cukup membakar hanya satu petasan.

Jika ada Rp500.000.000 uang yang dibakar, maka uang itu milik warga Kota Bandar Lampung. Uang senilai itu tidak sedikit. Tapi, warga Kota Bandar Lampung menghamburkannya dalam satu malam hanya untuk melunasi kerinduannya pada suara ledakan dan langit yang kelap-kelip.
Betapa mahal harga kesenangan. Betapa mahal harga hura-hura. Betapa mahal harga sesuatu yang tak bermanfaat.

Dari tempat ketinggian di Kota Bandar Lampung, sambil menatap langit yang terang-benderang, saya menduga-duga: jangan-jangan tahun 2016 nanti orang akan lebih memikirkan yang penting “perayaan” daripada memikirkan dampak positif dari kegiatan yang dilakukan.