Pembangunan Koperasi dan UKM Lamteng Terkesan Jalan di Tempat

Supriyanto/Teraslampung.com GUNUNGSUGIH- Berkembangnya pusat kegiatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) menggambarkan geliat ekonomi masyarakat setempat yang tumbuh, sekaligus mencerminkan ada keseriusan didalam pembinaannya. Pembinaan yang bur...

Pembangunan Koperasi dan UKM Lamteng Terkesan Jalan di Tempat
Supriyanto/Teraslampung.com
GUNUNGSUGIH- Berkembangnya pusat kegiatan usaha mikro
kecil menengah (UMKM) menggambarkan geliat ekonomi masyarakat setempat yang
tumbuh, sekaligus mencerminkan ada keseriusan didalam pembinaannya. Pembinaan
yang buruk akan menjadikan Koperasi maupun UMKM berjalan tanpa arah.
Pada 2015 mendatang, kesepakatan Masyakarat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku. Mau tidak mau, suka tidak suka,
pemerintah kabupaten, termasuk Lampung Tengah merupakan bagian dari
pemerintahan Indonesia harus berbenah. Sebab, daya saing beberapa sektor
industri utama maupun pertanian kita masih kalah dibandingkan negara-negara
ASEAN lainnya.
Bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, untuk meningkatkan
daya saing pelaku UMKM, sudah seharusnya Dinas Koperasi dan UKM Lampung Tengah
terus berupaya menggenjot pengelolaan UMKM. Untuk menggenjot pengelolaan
tersebut tentunya mengacu kepada gerakan akselerasai Kementerian Koperasi dan
UKM melalui  “Satu Juta Usaha UMKM
Naik Kelas”.
Bagaimana indikator perkembangan UMKM yang dapat naik
kelas di Lampung Tengah (Lamteng) belum nampak, alias jalan di tempat. Sayang sampai
saat ini Kepala Dinas Koperasi dan UKM Lampung Tengah Syahriza belum dapat di
konfirmasi. ”Nanti saya kordinasikan dulu dengan pak kepala,”ujar Sekretaris
Dinas Koperasi dan UKM Lampung Tengah, Timbul Iryanto, beberapa kali menjanjikan
kepada www.Teraslampung.com, Senin
(6/10)/
Seperti diketahui UMKM naik kelas adalah apabila usahanya
semakin berkembang, produktivitas bertambah, dan daya saingnya meningkat. Di
Lampung Tengah, tentunya semua usaha mikro punya potensi sama untuk naik kelas
ke kategori yang lebih tinggi. Usaha mikro bisa naik kelas menjadi usaha kecil,
usaha kecil bisa menjadi usaha menengah, usaha menengah bisa naik menjadi usaha
besar. Untuk kenaikan kelas UMKM tersebut sangat tergantung dari  pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi dan
UKM. Setidaknya mempunyai sasaran target dan indikator yang jelas, tidak
normatif, atau terkesan hanya sekedar menggugurkan tanggungjawab.
Beberapa indikator UMKM naik kelas, diantaranya usahanya
menjadi formal, total penjualan dan aset meningkat. Selain itu jumlah pelanggan
yang dilayani, pajak yang dibayarkannya, dan jumlah karyawan meningkat, serta
kualitas SDM bertambah. Begitu juga sistim adminstrasi dan keuangan meningkat,
dana yang diakses dari perbankan meningkat, serta barang yang diproduksi pun meningkat.
Walaupun banyak terdapat indikator, hanya salah satu indikator yang naik dari
semula, maka UMKM tersebut sudah dapat dikatakan naik kelas.
Di Lampung Tengah hingga tahun 2013 terdapat 10.925 UMKM,
dengan total nilai investasi mencapai, Rp194.076.000.000, terdiri dari 5.511
unit usaha mikro dengan nilai investasi Rp16.413.000.000 dan 4.513 unit usaha
kecil dengan investasi Rp76.518.000.000, serta 891 unit usaha menengah dengan
nilai investasi mencapai Rp191.244.000.000.
Sungguh jumlah yang cukup menggembirakan, bila unit usaha
rakyat tersebut benar-benar berkembang. Namun, tidaklah mudah untuk mengetahui dimana
semua unit usaha masyarakat itu dikembangkan. Karena tak satupun papan nama
terpasang sebagai petunjuk jika kawasan tersebut merupakan pusat kegiatan UMKM
yang menjadi produk andalan maupun unggulan Lampung Tengah. 
Di sektor koperasi, Dinas Koperasi dan UKM Lampung Tengah
harus mampu membangun kerjasama lintas sektoral dalam mengembangkan ekonomi
masyarakat, setidaknya dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Menghadapi MEA,
Lampung Tengah sebagai salah satu sentra pertanian di Provinsi Lampung, juga
menghadapi berbagai masalah. Padahal disisi lain, Lamteng memiliki keunggulan
komperatif yang hebat di bidang agribisnis. Potensi ini bukan mustahil, jika
dikelola dengan baik dapat menjadikan Lampung Tengah sebagai kawasan yang
diperhitungkan dalam pasar global.
Saat ini, koperasi sebagai soko guru perekonomian anak
bangsa, tampaknya belum memberikan hasil yang membanggakan, khususnya bagi
sektor pertanian. Padahal, petani memiliki skala usaha kecil-kecilan, sangat
ideal bersekutu dalam kelembagaan usaha koperasi. Semangat gotong royong  yang menjadi corak bisnis koperasi sudah
senada dengan budaya agraris yang dimiliki 
petani. Sayangnya, koperasi agribisnis baik di peternakan, tanaman
pangan, dan sebagainya sampai saat ini tampaknya belum menunujukkan kemajuan
berarti.
Bila dilihat dari jumlah penduduk Lampung Tengah,
tentunya jumlah kopersi yang dikembangkan di daerah ini cukup menggembirakan,
namun belum diketahui data pasti berapa jumlah kopertasi saat ini yang baik
berkembang maupun yang dikategorikan mati. Lalu apa yang dapat diandalkan
menjelang arus pasar global ASEAN dan pasar yang semakin ketat di tahun 2015.
Siapa berbuat apa. Apa dan siapa yang salah?