Monique Soesman: Di Buku Pelajaran, Materi Kesehatan Reproduksi Sangat Minim
Mas Alina Arifin/Teraslampung.com Monique Soesman (Ist) BANDARLAMPUNG—Di antara kemeriahan para remaja di acara Indonesian Youth Diversity Celebration (IYDC) di Taman Bumi Kedaton Bandarlampung, Senin pagi (15/12), tampak seorang bule y...

Mas Alina Arifin/Teraslampung.com
Monique Soesman (Ist) |
BANDARLAMPUNG—Di antara kemeriahan para remaja di acara Indonesian Youth Diversity Celebration (IYDC) di Taman Bumi Kedaton Bandarlampung, Senin pagi (15/12), tampak seorang bule yang sibuk melayani pertanyaan sejumlah peserta.
Monique Soesman, nama bule asal Belanda, bukanlah peserta IYDC. Ia merupakan salah satu warga asing dari Belanda yang memiliki perhatian besar terhadap persoalan remaja, khususnya kesehatan reproduksi . Ia hadir dalam acara IYDC 2014 karena saat ini menjabat Direktur Rutgers WPF Indonesia.
Monique memang baru setengah tahun menjabat sebagai Direktur Rutgers WPF Indonesia. Namun, kiprahnya di kesehatan reproduksi remaja sudah lama.
Ia mengaku sangat peduli dengan dunia remaja, karena baginya remaja adalah harapan bangsa yang harus mendapatkan perhatian serius dari banyak pihak.
“Apa jadinya jika banyak remaja di Indonesia mengalami banyak masalah diantaranya dalam hal kesehatan reproduksi?” ujarnya, ketika memulai perbincangan dengan Teraslampung.com.
Menurut Monique, saat ini dalam buku pelajaran SMP dan SMA masih sangat kurang materi pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Bahkan saat ini hanya satu setengah halaman buku yang memuat materi kesehatan reproduksi remaja.
Monique berharap kesehatan reproduksi yang di buku buku SMP dan SMA bisa diperbaiki.
“Saya senang sekali jika pemerintah membuka diri dengan adanya kerjasama dengan LSM / NGO, jadi kita bisa bersama sama memperbaiki. Kami ada modul untuk pendidikan kesehatan reproduksi laki laki dan perempuan dan kami akan sebarluaskan di seluruh Indoonesia ,” katanya.
Menurut Monique, di buku buku pelajaran tersebut hanya berisi tentang alat reproduksi laki laki dan perempuan secara fisik. Di dalamya tidak tercantum hubungan antarmanusia dengan hati, bagaimana cara pacaran yang sehat, hubungan antarteman, antarpasangan pasangan, dan hubungan antargay.
“Terkait kurikulum, materi soal hubungan antarmanusia perlu dilakukan perubahan,” katanya.