Harga tidak Pasti, Petani Lampung Tengah Kurang Berminat Tanam Kedelai
Supriyanto/Teraslampung.com Menteri Pertanian Suswono panen kedelai bersama petani. di Lombok Tengah. (ilustrasi dok halocities.com) GUNUNGSUGIH, Teraslampung.com — Karena tidak adanya kepastian harga, petani Lampung Tengah...

Supriyanto/Teraslampung.com
Menteri Pertanian Suswono panen kedelai bersama petani. di Lombok Tengah. (ilustrasi dok halocities.com)
GUNUNGSUGIH, Teraslampung.com — Karena tidak adanya kepastian harga, petani Lampung Tengah kurang berminat mengembangkan tanaman kedelai. Padahal, selama ini tingginya kebutuhan kedelai untuk kebutuhan industri tahu-tempe, belum mampu dipenuhi oleh petani kita.
|
Secara nasional kebutuhan kedelai untuk industri tahu-tempe setiap bulan mencapai 250 ribu ton atau sekitar 2,5 juta ton pertahun. Sementara , produksi kedelai dalam negeri tidak lebih dari 1 juta ton pertahun. Untuk memenuhi kekurangannya, pemerintah pun terpaksa melakukan impor kedelai.
Selain itu, untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri pemerintah terus meningkatan luasan tanam melalui bantuan stimulasi pengembangan kedelai. Namun, upaya ini pun belum memberikan harapan, karena stimulus yang diberikan kepada petani belum mampu mendorong minat petani untuk lebih intensif mengembangkan kedelai.
Rendahnya minat petani menanam kedelai ini juga terjadi di Lampung Tengah. Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Tengah Edy Daryanto, rendahnya minat petani itu akar persoalannya ada pada harga kedelai. Disaat musim panen, harga kedelai di tingkat petani sering terjadinya ketidak stabilan.
”Kalau saja harga kedelai seimbang, petani pasti mau menanam kedelai. Kita berharap pemerintah tidak menetapkan harga pokok penjualan (HPP) seperti yang diterapkan pada komoditas padi,”tegas Edy, Jumat (12/9).
Edy mencontohkan, sebagaimana yang dialami petani di Kecamatan Terbanggibesar yang beberapa waktu lalu panen kedelai. Ketika petani panen harga kedelai hanya Rp5000 perkilo, sedang ketika di tangan pedagang harga kedelai sudah mencapai Rp9.000, “Wajar petani enggan menanam kedelai. Pemerintah perlu juga menetapkan HPP, akibat permainan tengkulak, petani yang dirugikan,” katanya.
Penanaman kedelai, menurutnya tidak semudah perlakuan kepada tanaman padi, maupun jagung, tanaman kedelai membutuhkan perawatan yang sangat hati-hati. Belum lagi dalam penyimpanan setelah panen, bila padi disimpan bisa bertahan cukup lama maka kedelai tidak bisa disimpan terlalu lama, dia akan membusuk menghitam.
”Apalagi tidak semua patani memiliki gudang khusus, tentu kedelai akan di letakan dimana saja,”katanya.
Menurut Edy, Lampung Tengah memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kedelai. Namun, karena harga kedelai di tingkat petani masih rendah, maka upaya pengembangannyapun belum bisa dioptimalkan. Selama ini sudah ada beberapa kecamatan yang menjadi sentra kedelai di Lampung Tengah. Wilayah yang mempunyai potensi besar untuk pengembangan kedelai, seperti Kecamatan Seputih Mataram, Buminabung, Rumbia, Terusan Nunyai, dan Kecamatan Kalirejo, Terbanggibesar, serta Kecamatan Sendang Agung.
”Petani mengembangkan tanaman kedelai di lahan sawah disaat tidak mendapatkan program gadu atau di lahan tegalan yang tidak jauh dari sumber air,”katanya.
Diakui Edy, akibat harga kedelai kurang menarik minat petani dampaknya adalah produksi kedelai di Lampung Tengah sulit untuk mencapai target. Penurunan produksi kedelai tersebut sangat terlihat dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011 luasan tanam kedelai mencapai 1.870 Ha, sedang luas panen mencapai 1.997 Ha dengan produksi mencapai 2.397 ton. Tahun 2012 tarjadi penurunan baik luas tanam maupun luasan panen masing-masing mencapai 1.689 Ha dan 1.500 Ha dengan produksi mencapai 1.824 ton.
Penurunan luas tanam juga terjadi tahun 2013 yang hanya mencapai 957 Ha dengan luas panen 773 Ha dengan capaian produksi sebanyak 987 ton. Diakuinya, memang untuk meningkatkan produksi perpohon masih sangat sulit, karena kedelai merupakan tanaman subtropis. Tapi bukan berarti kita tidak bisa meningkat produksi, tentunya dengan meningkatkan luasan tanam.
”Kami akan berupaya meningkatkan luasan tanam. Tahun 2015 kami sudah mengusulkan ke pusat untuk tanaman kedelai seluas 1.500 Ha,”katanya.
Upaya pemerintah untuk meningkat produksi sudah dilakukan dengan memberikan subsidi. Tapi pemerintah dalam pengembangan kedelai ini hanya memberikan subsidi input, yakni subsidi terhadap sarana produksi. Bila subsidi yang diberikan berupa subsidi harga, petani sudah pasti akan bergairah mengembangkan tanaman kedelai.
”Sederhana saja, berikan subsidi harga kedelai, ketika menjadi produk tahu-tempe harga kembali murah, petani pasti semangat tanam kedelai,”katanya.