Perkembangan Bisnis Digital Dukung Kesiapan Lampung Jadi Pusat Pemerintahan RI

TERASLAMPUNG.COM — Perkembangan bisnis – ekonomi berbasis digital/elektronik (e-commerce) di Lampung menjadi salah satu daya dukung kesiapan Lampung sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia. Faktor perkembangan ekonomi yang bersumber...

Perkembangan Bisnis Digital Dukung Kesiapan Lampung Jadi Pusat Pemerintahan RI
Ketua Yayasan Alfian Husin, Dr. Andi Desfiandi, M.A.

TERASLAMPUNG.COM — Perkembangan bisnis – ekonomi berbasis digital/elektronik (e-commerce) di Lampung menjadi salah satu daya dukung kesiapan Lampung sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia. Faktor perkembangan ekonomi yang bersumber dari sektor digital dijadikan Tim Panitia Kerja (Panja) FGD DKI Lampung dalam mempertajam analisis kajian ilmiahnya yang akan diserahkan pengusulannya kepada Kementerian PPN/Bappenas RI.

Andi Desfiandi, analis ekonomi digital yang juga inisiator FGD DKI Lampung, mengatakan target menjadikan Indonesia pusat ekonomi digital ASEAN di tahun 2020 memiliki daya dukung bonus demografi bahkan hingga momentum 100 tahun Indonesia Merdeka di 2045.

Selain itu, anak muda Indonesia sangat kreatif merespons dinamika digitalisasi ekonomi dunia, terbukti banyaknya perusahaan e-commerce dan market place karya anak bangsa yang mendulang sukses.

“Lahir dan suksesnya aplikasi daring seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada, GoJek, Tokopedia, Blanja.com, dan sebagainya, bukti anak bangsa ini mampu memelopori rintisan kelahiran jutaan pelaku usaha ekonomi digital baru lainnya. Apakah itu seiring digitalisasi relasi sosial melalui kemerdekaan media sosial yang banyak diklaim sebagai pilar kelima demokrasi, ” kata Andi, Sabtu (23/9/2017).

Indonesia saat ini menjadi pasar terbesar end-user jejaring media sosial Facebook, WhatsApp, BBM, Twitter, Instagram, dan lain-lain.

Hal itu dimungkinkan karena masyarakat Indonesia makin menuntut totalitas prasyarat cepat, tepat, akurat. Kualitas kemampuan melayani dari jutaan pelaku bisnis digital.

“Hal  nyata disadari telah andil besar menggerakkan roda perekonomian. Semua berproses mengikuti kebutuhan pasar. Bayangkan, 2015 saja nilai transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp300 triliun dengan kenaikan rata-rata 40 persen per tahun. Revolusi start-up ini aset bangsa,” katanya.

Andi menilai, pemerintahan Presiden Joko Widodo terlihat sungguh-sungguh memperhatikan dan mendorong tumbuh kembang ekonomi digital sebagai salah satu tulang punggung ekonomi masa depan.

“Kini sudah ada 1.500-an perusahaan start-up yang tumbuh dan berkembang dan menjadikan Indonesia sebagai negara pengampu korporasi start-up terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India,” terangnya.

Ketua Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran (UNPAD) Komisariat Daerah Lampung ini menandaskan jika negara benar-benar hadir membangun tatalaksana ekonomi digital ini bahkan hingga skala industri kecil menengah (IKM).

“Kita patut bangga, pemerintah jeli sekali baik melalui kementerian/lembaga (K/L), skema BUMN bahkan BUMD, hingga pelibatan swasta lokal maupun asing dalam merekonstruksi kapasitas infrastruktur dan juga ekosistem ekonomi digitalnya. Tren positif pertumbuhan pelaku start-up baru secara massif pun tak luput dari stimulan negara,” paparnya.

Andi menegaskan,  fenomena ekses Revolusi Industri keempat ini memaksa raksasa ekonomi digital dunia seperti Alibaba, Tencent, Amazon dan lainnya atur strategi khusus dan agresif untuk lakukan long-term investment di Indonesia.

Menurut pria berdarah Lampung-Minang yang baru-baru ini turut dilantik sebagai pengurus inti Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Indonesia (APPTI) ini, secara garis lurus, dengan berbasis pada best will negara dan seluruh komponen bangsa utamanya generasi milenial, ini merupakan tantangan baru sekaligus peluang emas Indonesia untuk bisa menjadi pemain utama ekonomi digital dunia dalam waktu tak lama lagi.

Bagaimana dengan Lampung? Andi optimis, sebagai salah satu daerah bergeopolitik strategis dan sebab itu tak lagi berlaku fatalis dengan hanya mengandalkan diri jadi zona transit Sumatra-Jawa dan sebaliknya, Lampung sangat potensial untuk menjadi salah satu pusat ekonomi digital di Indonesia.

“Indikatornya surplus. Infrastruktur jaringan internet sudah cukup baik, zonasi jalur backbone pendukung program Indonesia Digital 2020 juga mayoritas sudah ‘hijau’, natalitas pelaku ekonomi digital tinggi angka sekaligus tinggi peminat, dukungan sistemik pemerintah daerah, serta jangan lupa, kesiapan sumber daya manusianya yang ultradinamis, mungkin buah manis status Lampung sebagai miniatur Indonesia juga, dan serapan nilai-nilai kearifan lokal yang taken for granted jadi potensi unggul sekaligus benteng terakhir efek negatif digitalisasi ekonomi itu sendiri,” kata dia.

Andi memprediksi, selain sektor pariwisata, potensi SDM sektor ekonomi lokal Lampung akan terus tumbuh agregatnya bak cendawan di musim hujan.

“Ini modal dasar yang sesuai relnya. Investasi sektor industri kreatif dan ekonomi digital akan bersinggungan positif sejauh daya dukung pembiayaannya terkapitalisasi. Hindari budaya instan, jaga muruah kearifan lokal, jangan gengsi, dan jangan cepat berpuas diri, ini kata kunci kisah sukses  ekonomi digital baik di Lampung juga nasional. Bagi kelas menengah, inilah lumbung uang dan ladang amal,” tandasnya,