Teater Satu Lampung Tampil di Festival Teater Wahyu Sihombing
TERASLAMPUNG.COM — Teater Satu akan menjadi grup pembuka Festival Teater Sihombing 2017, malam ini (24/7/2017) pukul 19.00 WIB di Gedung Teater Luwes Institute Kesenian Jakarta, Jl Cikini Raya 73 Jakarta. Membawakan lakon Anak yang Dikuburkan ,...

TERASLAMPUNG.COM — Teater Satu akan menjadi grup pembuka Festival Teater Sihombing 2017, malam ini (24/7/2017) pukul 19.00 WIB di Gedung Teater Luwes Institute Kesenian Jakarta, Jl Cikini Raya 73 Jakarta.
Membawakan lakon Anak yang Dikuburkan , saduran naskah Buried Child karya Sam Shepard, sutradara Iswadi Pratama akan memanggungkannya dengan gaya teater tradisional Lampung. Masalah mutakhir masyarakat Lampung hadir di tengah pentas tanpa tanpa harus kehilangan pijakan pada naskah aslinya.
Bagi Teater Satu, naskah ini bukanlah lakon baru. Sebelumnya, lakon ini sudah dipentaskan di sejumlah tempat. Antara lain pada 22-23 Juni 2012 di Teater Salihara Jakarta, 22 Mei 2012 di Teater Tertutup Taman Budaya Lampung (TBL) Provinsi Lampung, dan April 2014 di Palembang pada program Kala Sumatera 2014.
Anak yang Dikuburkan merupakan lakon Sam Shepard, penulis terkemuka Amerika, yang ditulis pada tahun 1979. Tahun itu merujuk pada diakronis perkembangan industrialisasi di Amerika. Peristiwa yang bersifat kausalitas dalam memengaruhi pelbagai kehidupan masyarakatnya. Rizom industri kian masif merepresi ke pelbagai sendi-sendi kehidupan manusia. Materialisme menjadi orientasi radikal manusia tanpa perlu mengacuhkan nilai-nilai kemanusiaan.
Manusia terlampau disederhanakan sebagai “mesin”, “sekrup” atau “materi” yang tak memiliki perasaan serta pikiran. Barangkali fenomena itu menjadi mozaik kepingan-kepingan teks yang dipungut Sam Shepard atas kelahiran Anak yang Dikuburkan (Buried Child). Bagaimana institusi industri menjadi sumber agresi terhadap tubuh dan nilai (ke)manusia(an) kemudian menjalar pada keruntuhan institusi keluarga.
Lakon Anak yang Dikuburkan terjemahan Dian Ardiansyah dan Ami Risalatun telah diadaptasi. Iswadi Pratama sebagai sutradara melakukan modifikasi struktur dan konteks sehingga mengalami reduksi serta habituasi konteks ke dalam persoalan masyarakat Lampung; secara sadar ia berusaha menampilkan biodrama satir eksistensialisme manusia yang menginternalisasi teks (hasil adaptasi) ke dalam tekstur (panggung), seperti yang diyakininya bahwa embarkasi wacana-wacana Sam Shepard selalu bertolak dari pertanyaan-pertanyaan tentang makna keber-Ada-an manusia. Wacana industrialisasi hanya menjadi latar peristiwa, tidak dikupas lebih jauh.
Lakon Anak yang Dikuburkan ini bercerita tentang sebuah keluarga yang telah kehilangan hampir seluruh nilai-nilai biografisnya sebagai keluarga. Kemiskinan yang melanda akibat pemekaran wilayah-wilayah perkebunan yang semula makmur telah menghancurkan nilai-nilai ideal keluarga ini. Bahkan, situasi yang penuh kegilaan dan kesakitan mendorong terjadinya pembunuhan salah seorang anak kecil di keluarga ini. Kelak akan muncul teka-teki seputar anak siapakah yang selamat dari pembunuhan itu dan kembali setelah dewasa. Meski digarap dengan pendekatan realisme, dialog-dialog dalam lakon ini semaksimal mungkin ditransformasikan ke dalam peristiwa lewat akting tokoh-tokohnya.
Festival Teater Wahyu Sihombing di Gedung Teater Luwes IKJ, Jakarta, pada 24-29 Juli 2017 mendatang. Festival itu digelar sebagai bentuk penghargaan atas jasa Wahyu Sihombing terhadap perkembangan teater di Indonesia. “Ini untuk mengingatkan kita kepada sosok Wahyu Sihombing,” kata Rektor IKJ, Seno Gumira Ajidarma, di Gedung Teater Luwes IKJ, Jakarta, Kamis, 18 Mei 2017.
Wahyu Sihombing merupakan sutradara legendaris Indonesia yang hidup pada 1933-1989. Pria kelahiran Tapanuli Utara, Sumatera Utara, itu adalah salah seorang pendiri IKJ. Dia juga dikenal sebagai penggagas Festival Teater Remaja–kini Festival Teater Jakarta– yang pertama kali digelar pada 1973.
Wahyu Sihombing adalah penganut setia mazhab realisme dalam teater. Pendekatannya itu selalu dipakai dalam pementasan dan pendidikan teater.
Menurut Seno, Festival Teater Wahyu Sihombing sekaligus menjadi pengingat kepada para pegiat teater supaya pertunjukan mereka kembali ke pemikiran awal, yakni realisme yang telah dikembangkan Wahyu Sihombing.
“Sebaru apa pun teater, dia harus dimulai dari awal, Ibarat menggambar, jangan langsung abstrak. Gambar tangan dulu bisa atau enggak?” katanya.
Selain untuk mengenang jasa Wahyu Sihombing, festival teater itu juga menjadi salah satu kegiatan untuk menyambut Dies Natalis IKJ ke-47 tahun ini dan 50 tahun IKJ pada 2020 nanti.
“Ini adalah langkah pertama untuk urusan Dies Natalis. Program 50 tahun IKJ akan dimulai dari festival ini,” kata Seno.
Selain Teater Satu dari Lampung, Festival Teater Wahyu Sihombing 2017 diikuti enam kelompok teater lainnya. Yakni Teater Lembaga dan Teater Aristokrat (Jakarta), Teater Bel (Bandung), Neo Teater (Bandung), dan Saturday Acting Club (Yogyakarta).
Alexander GB/wartaseni.com