Rujak

Oleh: Sudjarwo Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila Rujak adalah hidangan salad buah dan sayuran tradisional yang umumnya dapat ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Selain mengacu pada hidangan salad buah ini, istilah ru...

Rujak

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila

Rujak adalah hidangan salad buah dan sayuran tradisional yang umumnya dapat ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Selain mengacu pada hidangan salad buah ini, istilah rujak juga berarti “campuran” atau “campuran eklektik” dalam bahasa Melayu sehari-hari. Demikian menurut  Wikipedia.

Lebih lanjut di jelasakan bahwa rujak adalah salah satu hidangan tertua dan makanan Jawa kuno yang diidentifikasi secara historis paling awal. Disebut rurujak dalam prasasti Taji Jawa kuno (901 M) dari zaman Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Orang Jawa di Indonesia telah memasukkan rujak ke dalam upacara pranatal mereka yang disebut Naloni Mitoni.

Pada penelusuran lain dari berbagai catatan mitos yang ada di laman wikipedia, ternyata Rujak Cingur memiliki sedikit referensi unik dibandingkan dengan Rujak Buah; ringkasannya sebagai berikut: dahulu kala bertahtahlah raja Firaun H di Mesir. Beliau sangat berkuasa dan sangat ditakuti oleh rakyatnya.

Pada hari ulang tahunnya sang raja memanggil seluruh juru masak istana untuk menyediakan masakan yang special untuk dirinya. Berbagai macam masakan dari berbagai resep pilihan para juru masak dihidangkan. Sang Raja pun mencicipi semua masakan yang telah dibuat untuknya, tapi tak satupun masakan yang cocok di lidah sang Raja Firaun.

Tiba-tiba masuklah seorang punggawa kerajaan menghadap Sang Raja, dia mengatakan bahwa ada sesorang yang ingin menyajikan masakannya supaya dicicipi oleh sang Raja. Sang Raja pun mempersilahkan seseorang tersebut untuk menghadapnya.

“Raja, perkenalkan, nama saya Abdul Rozak,” lelaki itu memperkenalkan dirinya.

Setelah memperkenalkan dirinya, ia segera menghaturkan masakannya yang dibungkus dengan daun pisang. Sang Raja pun memanggil ahli kesehatan dan tim keamanan kerajaan untuk memastikan bahwa bungkusan itu aman. Setelah memastikan bungkusan telah aman, maka sang Raja pun membuka dan mencicipi makanan tersebut dan setelah mencicipi, sang Raja tak mau berhenti makan.  Raja benar-benar menikmati makanan yang dibuat oleh Abdul Rozak.

“Lezat sekali,” kata Raja dengan keringat bercucuran saking pedasnya, “Apa nama makanan ini?”

“Saya belum memberi nama makanan tersebut,” jawan Abdul Rozak.

“Baiklah, kalau begitu saya akan memberikan nama untuk makanan lezat itu” kata sang Raja. “Apakah kenyal-kenyal yang ada didalam makanan itu?” tanya Raja.

“Itu cingur onta, Raja” sahutnya.

“Baiklah kalau begitu makanan ini saya beri nama Rozak Cingur!”

Lalu diperintahkannya kepada juru tulis untuk memasukkan nama itu kedalam lembaran negara. Abdul Rozak tersebut dihadiahi sebuah kapal laut yang mewah dan sebidang tanah, serta di angkat menjadi kepala juru masak istana. Namun Rozal menolak. Ia hanya mau menerima hadiah kapal laut untuk mengembara. Sang Raja pun setuju asalkan bersedia memberikan resep makanan tersebut, akhirnya Raja mendapatkan resep dan Abdul Rozak diberikan kapal laut seperti yang diminta.

Abdul Rozak memulai perjalanannya melintasi samudera, hingga pada akhirnya kapalnya terdampar di Tanjung Perak, Surbaya. Di sanalah ia mulai memperkenalkan Rozak Cingur hasil ciptaannya. Namun,  Abdul Rozak mengalami kesulitan karena dirinya tidak dapat menemukan onta dan akhirnya mengganti cingur onta dengan cingur sapi, yang ternyata membuat kualitas rasanya jauh lebih baik.Masyarakat sekitar tanjung perakpun mulai berdatangan penasaran ingin mencicipi kelezatan Rozak Cingur, tapi karena masyarakat sekitar susah mengucapkan rozak akhirnya mereka menyebutnya dengan “rujak cingur”. Lambat laun resep rujak cingur tersebar dan banyak yang mulai menyukai makanan dari mulut sapi ini.

Seiring perjalanan waktu baik rujak buah maupun rujak cingur sudah beredar di seluruh Nusantara, tentu saja dengan beberapa modifikasi baik penamaan maupun material yang dipakai untuk membuat.

Ternyata rujak untuk saat ini sudah mengalami “perubahan makna” yang sangat jauh berbeda dengan era sebelumnya. Pada era keterbukaan,  istilah rujak atau dirujak bermakna oran yan menjadikan bulan-bulanan berkaitan dengan satu tema besar yang sedang menjadi pembicaraan hangat. Kalau semula bahan rujak adalah material tertentu, sementara di dunia medsos  bahan rujak untuk dijadikan bahan bulyan adalah bisa perilaku, sikap hidup, kecongkaan diri, dan masih banyak lagi.

Mereka yang sudah masuk pada pusaran rujak maya ini menjadi sangat sulit untuk membela diri, apalagi berkomentar. Karena hal ini ditunggu oleh nitizen (nama masyarakat dunia maya) untuk dijadikan bahan baku baru rujak yang akan mereka hidangkan melalui media sosial. Banyak kasus yang sudah menjadi rujakan nitizen begitu menggema dan menyebar cepat sekali, dan penyebarannya menembus batas jarak dan waktu. Objek yang terkena rujakan tidak perduli presiden negara adi daya, menteri, ubernur, bupati, dan siapa pun kita, dan semua berpeluang untuk dijadikan rujak oleh nitizen.

Pola rujakan pun sekarang berkembang bukan lagi dengan kalimat atau kata-kata tertulis, akan tetapi lebih berani lagi yaitu menggunakan Parodi; bahkan ada yang berani memperagakan dadanan orang yang di Rujak untuk dapat dijadikan bahan satir tingkat tinggi.

Tampaknya sekarang sedang berlakau “maha benar semua kata nitizen”. Akibat lanjut pada waktunya nanti peran lembaga swadaya masyarakat akan mengalami kemunduran peran karena nitizen akan mengambil tugas, peran, dan fungsi LSM, sekalipun mereka keanggotaannya maya dan diikat satu dengan lainnya oleh aspek kepentingan bersama.