Perkebunan Kopi Lampung Barat akan Dijadikan Kawasan Agrowisata

TERASLAMPUNG.COM, LAMPUNG BARAT  — Penurunan produksi kopi Lampung yang mencapai 30 persen per tahun membuat Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri berencana akan mengubah perkebunan kopi di Lampung sebagai kawasan agrowisata. “Kami akan meniru pola agro...

Perkebunan Kopi Lampung Barat akan Dijadikan Kawasan Agrowisata
Kopi siap panen di kebun petani Way Tenong, Liwa, Lampung Barat. Foto: Teraslampung.com

TERASLAMPUNG.COM, LAMPUNG BARAT  — Penurunan produksi kopi Lampung yang mencapai 30 persen per tahun membuat Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri berencana akan mengubah perkebunan kopi di Lampung sebagai kawasan agrowisata.

“Kami akan meniru pola agrowisata di Bogor, Jawa Barat,” kata Mukhlis Basri, usai pelantikan Pengurus BPD Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung, di Bandarlampung, Selasa (29/8/2017).

Sebelum mewujudkan impian menjadi kawasan agrowisata, kata Mukhlis, Pemkab Lampung Barat melakukan upaya agar produksi kopi Lampung Barat tetap bagus. Caranya, antara lain dengan melakukan studi banding ke Vietnam dan mengajari para petani kopi mengelola kebun kopinya dengan baik.

“Pada 2016 saya membawa petani ke Vietnam untuk studi banding. Apa boleh buat, itu kami lakukan agar para petani dan penyuluh pertanian Lampung Barat bisa belajar. Padahal, petani kopi Vietnem dulunya jusru belajar dari petani Lampung,” katanya.

Dalam studi banding itu, kata Mukhlis, pihaknya membawa 10-an orang ke Vietnam . Mereka terdiri atas petani, kelompok tani, petani pengumpul, PPL, dan dan dinas terkait.

Menurut Mukhlis, produksi kopi Vietnam sangat bagus. Yakni antara 4 hingga 9 ton per hektarenya.

“Sedangkan petani kopi di Lampung Barat kebun kopinya baru bisa menghasilkan 1 hingga 1, 2 ton per hektare,” kata Mukhlis.

Mukhlis mengatakan, pada tahun ini pihaknya membuat kebun kopi percontohan. Kebun percontohan merupakan penerepan hasil studi banding ke Vietnam.

“Kami meniru pola tanam dari Vietnam. Mulai pembukaan lahan hingga proses pemeliharan. Kami minta para petugas penyuluh lapangan untuk mempelajari cara mengatasi penyakit busuk dan bunga rontok karena banyaik hujan,” kata Mukhlis.

Terkait rencana agrowisata kopi, kata Mukhlis, akan dilakukan dengan dengan menjadwalkan touring sepeda motor dan mobil hardtop.

“Jadwalnya bisa pada bulan Juli dan Agustus. Sebab, pada bulan itulah tanaman kopi sedang berbunga atau saat buah kopi berwarna merah,” katanya.

Menurut Mukhlis, jika agrowisata itu berhasil, maka para petani Lampung Barat tidak harus mengekspor semua kopinya.

”Yang diekspor jangan terlalu banyak. Penuhi dulu konsumsi warga Lampung. Makanya, kampanye minum kopi Lampung Barat perlu terus dilakukan,” ujarnya.

Mas Alina Arifin