Kopi

Asarpin* Ini sebuah kisah nyata ketika Eropa sedang mengalami masa kegelapan. Waktu itu mereka mulai berkenalan dengan peradaban Islam. Salah satu yang membuat mereka tak habis pikir adalah ketika melihat orang Arab-muslim mengkonsumsi kopi. Me...

Kopi
Asarpin*
Ini
sebuah kisah nyata ketika Eropa sedang mengalami masa kegelapan. Waktu itu
mereka mulai berkenalan dengan peradaban Islam. Salah satu yang membuat mereka
tak habis pikir adalah ketika melihat orang Arab-muslim mengkonsumsi kopi.
Menurut Nurcholish Madjid, minuman dan industri kopi dirintis dan dikembangkan
pertamakali oleh orang Arab dimana perkataan “kopi”, coffee, cafe, kaffe berasal dari kata “qawwah”.
Kita
bisa saja berdebat apa betul “kopi” itu berasal dari bahasa Arab mengingat Arab
adalah kawasan tandus dan berpadang pasir. Tapi sebagaimana “salju” yang tidak
ada di Arab tapi kata ini berasal dari bahasa Arab kata Alif Danya Munsyi alias
Remy Sylado, bisa jadi kopi dan minuman kopi pun memang istilah yang dikenalkan
orang Arab. 
Menurut
Cak Nur, pada masa lampau kopi banyak digunakan oleh kaum sufi agar mereka
betah berzikir. Jadi, kopi bukan hanya teman di kala santai, tapi digunakan
sebagai teman menjalankan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. 
Pada
masa ketika minuman kopi itu masuk ke daratan Eropa, maka orang Eropa memberi cap
minuman itu sebagai buatan setan. Tetapi ketika kemudian mereka mendapatkan
kopi yang ternyata tak ada urusannya dengan perbuatan jahat, dan setelah
sebagian mereka menikmatinya, mereka beralih menuding kopi sebagai barang tahayul,
sejenis racun yang mematikan yang dapat digunakan untuk melaksanakan hukuman
mati atas seorang pembunuh.
Cak Nur
merujuk sebuah risalah otentik tentang Raja Gustav  III dari Swedia yang berkeyakinan bahwa kopi
adalah racun. Untuk membuktikan teorinya, ia menghukum seorang pembunuh agar
minum kopi setiap hari sampai mati. Untuk membuat perbandingan, seorang
pembunuh lain diampuni dengan syarat ia minum teh setiap hari. Dua orang dokter
ditunjuk untuk mengawasi eksperimen itu dan melihat siapa yang mati terlebih
dahulu. Ternyata dokter-doketr itulah yang lebih dahulu mati. Kemudian Raja
sendiri terbunuh pada tahun 1792. Akibatnya, selang bertahun-tahun, salah
seorang penjahat tersebut pun mati pada umur 83. Dia adalah yang minum teh (bukan
yang minum kopi).  
Pada
masa berikutnya, ketika orang Eropa sudah menjadikan minuman kopi sebagai
konsumsi keseharian di samping teh, kopi diburu dan dicari ke berbagai bumi. Kopi—di
samping rempah-rempah seperti cengkeh, lada dan pala—merupakan salah satu komoditas
yang menggerakkan orang Eropa menjajah kawasan Asia dan mengeruk hasil bumi
yang tak ternilai harganya untuk diangkut ke negeri mereka.
Dalam
hal ini Eropa tak ubahnya dengan kita, setidaknya Eropa pada awalnya:
senantiasa curiga dengan hal-hal yang baru yang belum dirasakan. Saya ingat
sebuah petuah al-Ghazali ketika mendebat para filosof: man lam yajug lam ya’rib; barangsiapa belum merasakan, belum
mengetahui.   


*Esais