Atraksi Reog “Manggolo Mudo” Meriahkan Perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo
TERASLAMPUNG.COM–Suasana meriah dalam gelaran perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo sebagai desa transmigrasi ketiga (tahun 1959) di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, mewarnai lapangan desa setempat dengan menampilkan kesenian reog ponorogo “M...

TERASLAMPUNG.COM–Suasana meriah dalam gelaran perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo sebagai desa transmigrasi ketiga (tahun 1959) di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, mewarnai lapangan desa setempat dengan menampilkan kesenian reog ponorogo “Manggolo Mudo”, Minggu (7/9/2025) siang berhasil memikat perhatian ribuan masyarakat.
Pantauan dilokasi, alunan musik suara terompet khas reog yang berpadu dengan suara alunan gamelan, seakan menuntun warga untuk datang berduyun-duyun memadati lokasi pertunjukan.
Acara semakin semarak dan mendapat sambutan hangat masyarakat, dengan penampilan tarian Jathil sebagai pembuka yang dibawakan enam perempuan cantik. Penampilan mereka, berhasil memukau penonton dengan iringan gamelan yang dimainkan oleh kru “Manggolo Mudo” sebagai pengrawit.
Kemudian Bujang Ganong (Ganongan), dan Pembarong pembawa dadak merak kepala singa yang tampil memukau. Petunjukkan atraksi Reog ini, digelar dilokasi utama lapangan Desa Sidowaluyo.
Acara tersebut berlangsung mulai pukul 13.30 WIB hingga 17.00 WIB. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Sidowaluyo Haroni, aparatur desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda serta masyarakat desa yang ikut serta meramaikan kegiatan tersebut.
Ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi lokasi untuk menyaksikan suguhan budaya khas Ponorogo (reog) yang sudah ditunggu dalam kemeriahan perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo tersebut.
Perayaan ulang tahun desa yang dibalut dengan pertunjukkan seni budaya ini tidak hanya mampu menyedot perhatian warga Desa Sidowaluyo saja, tetapi juga warga desa-desa lainnya di Kecamatan Sidomulyo.
Salah seorang warga yang melihat pertunjukkan seni reog, mengaku senang dan antusias menyaksikan pagelaran seni reog Ponorogo. Menurutnya, sudah sejak lama di Kecamatan Sidomulyo ini tidak ada lagi seni reog, dan baru ini ada lagi seni reog yang dimiliki Desa Sidowaluyo.
“Atraksi reognya bagus, seru, meriah dan menghibur. Semoga tahun depan HUT Desa Sidowaluyo, bisa lebih semarak lagi,”kata salah seorang warga kepada teraslampung.com, Minggu (7/9/2025) sore.
Menurutnya, sudah sejak lama di Kecamatan Sidomulyo ini, tidak ada hiburan pentas seni reog. Karena sudah jarang, bahkan sudah tidak ada lagi penggiat seniman reog di Kecamatan Sidomulyo dan baru kali ini muncul kembali ada seni reog yang dimiliki oleh Desa Sidowaluyo.
Kepala Desa Sidowaluyo, Haroni saat ditemui dilokasi mengatakan, pentas seni budaya reog ini merupakan serangkaian dari acara yang dihadirkan Pemerintah Desa (Pemdes) Sidowaluyo dalam “Gebyar Budaya dan UMKM” pada perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo tanggal 9 september 2025.
Selain sebagai ajang hiburan, kesenian reog ini juga menjadi wadah konsolidasi masyarakat dengan para seniman reog Desa Sidowaluyo dan khususnya Kecamatan Sidomulyo.
“Seni Reog ‘Manggolo Mudo’ yang ditampilkan dalam perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo ini tidak hanya menghadirkan tontonan hiburan semata, tetapi juga media pelestarian budaya lokal yang telah menjadi warisan leluhur dan menjadikan perekat persatuan warga masyarakat desa,”kata dia kepada teraslampung.com.
Menurutnya, kesenian reog ini adalah kolaborasi para seniman reog dan pemuda dari Dusun Ponorogo, Desa Sidowaluyo yang diketuai oleh Boiran Ganden binaan dari Pemdes Sidowaluyo dibawah Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan.
“Kebudayaan bisa menjadi ruang pertemuan antara rasa syukur, kebanggaan, dan juga semangat kebersamaan masyarakat. Pentas kesenian ini, kedepannya akan menjadi agenda tahunan,”ujarnya.
Ia mengutarakan, untuk memeriahkan acara “Gebyar Budaya dan UMKM” pada perayaan HUT ke-66 Desa Sidowaluyo ini, Pemdes Sidowaluyo juga mengadakan beragam kegiatan lainnya seperti tarian daerah, lomba karaoke estafet dan jalan sehat dengan disiapkan berbagai hadiah doorprize menarik.
Selain itu ada juga bazar pasar rakyat, aksi sosial donor darah, pelayanan KB, pelayanan disdukcapil, pelayanan pajak kendaraan serta hiburan kuda lumping dan pesta kembang api, sehingga menjadikan acara ini semakin meriah.
“Acara ini merupakan wujud kekompakan dan kegotongroyongan seluruh elemen masyarakat Desa Sidowaluyo, untuk mengisi dan mengenang sejarah desa dengan kegiatan yang positif,”terangnya.
Pagelaran seni reog ini, lanjutnya, memberikan pesan bahwa seni budaya tradisional adalah bagian penting dari identitas bangsa.
“Dengan terus melestarikannya, masyarakat tidak hanya menjaga warisan sejarah tapi juga menguhkan semangat menuju Indonesia yang bersatu, berdaulat, sejahtera dan maju,”pungkasnya.
Melalui penampilan tari jathil, bujang ganong hingga reog, masyarakat kembali diingatkan akan nilai-nilai keberanian, kecerdikan, persatuan dan semangat perjuangan.
Diketahui, Roeg Ponorogo adalah sebagai panutan hidup dan pegangan yang kuat bagi masyarakat, melambangkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan, gerakannya melambangkan kehidupan dari lahir sampai mati.
Reog ada yang berpendapat berasal dari kata “Riyokun” yang berarti Khusnul Khatimah. Bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, tapi pada saat meninggalnya ingat Allah, maka surgalah jaminannya.
Prabu Klono Sewondono adalah seorang Raja yang gagah berani, arif dan bijaksana pencipta reog karena syarat dari Dewi Songgo Langit dari Kediri yang dikasihinya. Tapi dia (Prabu Klono Sewondono), memilih rakyatnya.
Warok, Tokoh Seniman Kesatria
Warok, adalah seorang tokoh masyarakat dan seniman kesatria dari Ponorogo yang sakti mandraguna, kebal senjata, memiliki sifat luhur, wibawa tinggi dan orang sempurna dalam laku hidupnya.
Istilah itu dapat merujuk pada kesenian yang enjadi bagian dari Tari Reog Ponorogo, dimana Warok bertindak sebagai pemimin spiritual dan pengayom masyarakat. Warok juga dikenal karena sifatnya yang jujur, dan berpegang teguh pada kebajikan.
Jathil, Pasukan Berkuda Gagah Perkasa
Jathil adalah pasukan berkuda yang gagah perkasa dan penuh semangat, dan tari jathil merupakan bagian penting dari kesenian reog Ponorogo. Meskipun identik dengan prajurit berkuda, tapi dalam perkembangannya penari jathil lebih banyak diperankan oleh perempuan.
Gerakan tari jathil memadukan kelembutan, kelincahan dan keindahan, sehingga memberikan daya tarik tersendiri bagi penonton.
Bujang Ganong, Simbol Kecerdikan dan Kelincahan
Bujang Ganong atau dikenal juga sebagai Patih Bujangga Anom. Dalam kesenian reog, tokoh Bujang Ganong melambangkan sosok patih muda yang cerdik, jenaka, sekaligus lincah.
Dengan topeng khas berwajah merah dan rambut panjang yang menjuntai, gerakan Bujang Ganong sangat atraktif, penuh kelincahan, dan sering disertai atraksi akrobatik. Penampilan ini menjadi hiburan tersendiri, karena selain menyajikan seni juga mengandung tawa dan kekaguman penonton.
Reog, Simbol Kekuatan dan Keagungan
Reog merupakan ikon kebudayaan Ponorogo sekaligus sebagai simbol kekuatan, keberanian dan kegigihan dalam menghadapi tantangan hidup. Sebagai penutup, tampil pemain Reog dengan dadak merak yang megah.
Pertunjukan reog ditandai dengan penari utama yakni Pembarong, orang yang mengenakan topeng kepala singa besar berhias bulu merak menjulang tinggi atau dikenal dengan sebutan Singo Barong. Merak ini sendiri, menggambarkan seorang yang kuat dalam menjalani hidup walaupun beban yang dibawa sangatlah berat, tenang dan selalu berfikir baik karena percaya bahwa yang maha kuasa akan membantunya.
Topeng dadak merak kepala singa ini, memiliki bobot yang sangat berat bisa mencapai puluhan kilogram. Namun mampu dibawakan dengan gagah oleh penarinya.Kehadiran Reog dipanggung pentas seni, berhasil memukau dan sekaligus mengingatkan pada filosofi perjuangan masyarakat Ponorogo yang kuat dan pantang menyerah.
Zainal Asikin | Teraslampung.com