Mahasiswi Umitra Ini Sukses Jadi Panglima Laskar Hijau

Sari Sekarning Artha (dok/Ist) BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com– Sampah menjadi permasalahan hampir di setiap kota dan perkampungan, tak terkecuali di daerah sekitar tempat tinggal Sari Sekarning Artha, dan keluarganya, di bilangan Panj...

Mahasiswi Umitra Ini Sukses Jadi Panglima Laskar Hijau
Sari Sekarning Artha (dok/Ist)

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com– Sampah menjadi permasalahan hampir di setiap kota dan perkampungan, tak terkecuali di daerah sekitar tempat tinggal Sari Sekarning Artha, dan keluarganya, di bilangan Panjang, Bandarlampung.  Gadis kelahiran Bandarlampung, 15 Maret 1989 ini, kini sukses sukses mengajak anak-anak terlibat p elestarian lingkungan di sekitar wilayahnya.

Kesuksesan Sari berawal dari Kampung Hijau yang berdiri dari tahun 2005. Dari sana kemudian gadis yang aktif di UKM Senior ini yang ingin mendirikan kelompok belajar bagi anak-anak kecil di kampungnya. Sari kemudian membentuk Laskar Hijau. Itu adalah kelompok belajar ini menjadi salah satu wadah anak-anak kecil di kampungnya untuk menuangkan kreatifitasnya. Anak didiknya yang mulai dari umur 4 tahun sampai 12 tahun diajarkan untuk sekreatif mungkin.

Mereka menuangkan ide-ide mereka dalam bentuk karya yang terbuat dari sampah. Sari merasa senang bila dapat berbagi ilmu bersama anak-anak di kampungnya.Sari  dan anak-anak binaanya mengubah sampah menjadi barang-barang yang bernilai.

Sari pun mengajari anak-anak di kampungnya cara membuat berbagai karya kerajinan berbahan baku sampah atau barang bekas. Misalnya baju yang terbuat dari plastik, tas dari bungkus kopi, topi dari Koran dan lain-lain.

Hasil karya anak-anak didik Sari saat ini sudah pernah dipamerkan di Lapangan Saburai. Pernah juga dipakai juga oleh muli Pesawaran saat lomba Lampung Fair.

 “Jangan pernah meremehkan hal sekecil apapun, contohnya seperti membuang sampah sembarangan” kata Sari.

Mahasiswi STMIK Umitra program studi  TI semester 7 ini memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Terbukti, di rumah Sari sendiri setiap sudut terdapat tanaman-tanaman hijau seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Dari ibu Rini lah Sari belajar mencintai lingkungan. Gadis yang mempunyai hobi memasak ini lebih merasa senang karena dapat mebuat anak-anak kecil menjadi lebih kreatif. Sari mengajarkan agar anak-anak dapat mengubah sampah menjadi hasil karya yang bernilai. Kreatifitas anak-anak akan muncul dengan sendirinya.

Selain pembuatan sampah untuk kompos dan kerajinan. Kampung hijau juga membuat bank sampah. Virus hijau dalam pelestarian lingkungan ini akhirnya menular juga ke beberapa RT lainnya di sekitar tempat tinggalnya.

“Menjadi pengajar anak-anak kecil itu tidak mudah kadang harus sabar menghadapi anak-anak kecil yang mood nya gak menentu,” ujar Sari.

Kampung Hijau yang mulai di lirik oleh orang-orang dari luar Indonesia  karena pupuk organiknya, seperti dari Jepang, Banglades, bahkan Amerika. Mereka datang ke Kampung Hijau untuk melakukan penelitian pada pupuk organiknya.

Kampung Hijau kini mulai diterapkan di beberapa RT yang berdeketan dengan Kampung Hijau nya Sari. Mereka sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah juga. Kampung Hijau juga sudah banyak mendapatkan penghargaan salah satunya penghargaan dari Walikota Bandarlampung.

Gadis yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha ini memilki jiwa sosial yang tinggi. Sama seperti ibunya yang berhasil mengembangkan Kampung Hijau di Teluk Harapan Panjang Selat Malaka III.

“Untuk menjadi seperti saat ini, itu tidak mudah karena pro dan kontra di lingkungan masyarakat sana,” jelas Sari.

Menurut Sari, awal berdiri sampai enam  tahun berjalan,  Kampung Hijau hanya ada dua  orang warga saja yang mau bergabung. Namun berkat ketekunan  dan kecintaan Sari dan ibunadanya, Ibu Rini, kini sudah banyak warga yang mendukung.

Sari dan Ibu Rini memang tak pernah menyerah.Berkat keuletannya, setelah sepuluh tahun berjalan, Kampung Hijau sekarang dapat berkembang. Bahkan sudah banyak kampung-kanpung lain yang mulai mencontoh Kampung Hijau.

Kampung yang berada di sebuah gang ini sudah membuktikan bahwa sampah juga dapat di olah menjadi barang-barang yang bermafaat atau pun juga di olah menjadi pupuk organik. Kampoeng Hijau juga menyediakan bank sampah dimana sampah-sampah dari warga sekitar dikumpulkan untuk diolah menjadi pupuk organik.

Atas prestasi mahasiswanya yang luar biasa ini Ketua Yayasan Mitra Lampung yang juga senator Indonesia, Dr. H. Andi Surya mengapresiasi sebagai bentuk peduli akan kelestarian lingkungan hidup dan sebagai sebuah kreatifitas anak bangsa yang perlu didukung penuh oleh banyak pihak.

Mas Alina/Ist